Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akhirnya memberikan gambaran secara terperinci perihal dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi bagi kalangan masyarakat miskin.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu mengatakan penyesuaian harga jual BBM baru-baru ini ditengarai memiliki total beban hingga puluhan triliun rupiah.

“Dalam konteks ini kita melihat dampak langsungnya dari kenaikan harga bbm, yakni harga pertalite dan solar tersebut, maka masyarakat harus menanggung sekitar Rp50 triliun,” ujar dia melalui saluran daring pada Selasa, 6 September.

Febrio mengklaim, sebagian besar dari estimasi itu bakalan ditanggung oleh golongan rakyat berstatus mampu atau kaya.

“Dari 50 triliun, mayoritas akan ditanggung oleh kelompok masyarakat yang berada di desil 5,6,7,8,9, sampai terkaya (10),” tutur Ferbrio.

Sementara sisanya bakal melekat pada golongan 40 persen terbawah.

“Sementara masyarakat termiskin 40 persen, (desil 1,2,3,4) itu sekitar Rp8 triliun,” tegasnya.

Anak buah Sri Mulyani itu menjelaskan, pada desil 1 masyarakat terbawah menanggung beban Rp1,6 triliun. Disusul kemudian desil 2 sebesar Rp1,7 triliun, desil 3 sekitar Rp2 triliun dan desil 4 sebesar Rp2,7 triliun.

“Jadi kalau ditotal sekitar Rp8 triliun,” ucapnya.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, pemerintah pada akhir pekan lalu, 3 September 2022, menaikan harga pertalite naik ke angka Rp10.000 per liter, dari sebelumnya Rp7.650 per liter.

Kemudian, harga pertamax kembali meningkat ke Rp14.500 per liter dari awalnya Rp 12.500 per liter. Lebih jauh, harga solar subsidi yang semula berada pada Rp5.150 per liter meningkat menjadi Rp5.800 per liter.

Keputusan ini tidak lepas dari anggaran subsidi energi 2022 sebesar Rp502 triliun yang dinilai tidak mencukupi meski telah ditambah dari sebelumnya hanya sebesar Rp158 triliun.