Bagikan:

JAKARTA - Harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi diisukan akan naik pekan ini. Namun, pemerintah diingatkan untuk tidak menjalankan rencana tersebut.

Hal ini karena kenaikan harga BBM akan menekan belanja kelas menengah rentan. Imbasnya, permintaan industri manufaktur pun akan terpukul.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan harga BBM jenis subsidi terutama Pertalite harus benar-benar dicermati oleh pemerintah.

"Tolong benar-benar dicermati baik-baik oleh pemerintah. Apa kondisi masyarakat miskin saat ini siap hadapi kenaikan harga BBM, setelah inflasi bahan pangan (volatile food) hampir sentuh 11 persen secara tahunan per Juli 2022?," katanya saat dihubungi VOI, Senin, 29 Agustus.

Tak hanya itu, kata Bhima, masyarakat kelas menengah rentan juga akan terdampak.

Jika sebelumnya mereka masih mampu untuk membeli BBM jenis Pertamax, kata Bhima, kenaikan harga Pertamax membuat mereka beralih ke Pertalite.

"Kalau harga Pertalite juga ikut naik maka kelas menengah akan korbankan belanja lain. Yang tadinya bisa belanja baju, mau beli rumah lewat KPR, hingga sisihkan uang untuk memulai usaha baru akhirnya tergerus untuk beli bensin. Imbasnya apa? Permintaan industri manufaktur bisa terpukul," ujarnya.

Bahkan, kata Bhima, serapan tenaga kerja juga bisa terganggu.

"Dan target-target pemulihan ekonomi pemerintah bisa buyar," katanya.

Apalagi, kata Bhima, jika inflasi menembus angka yang terlalu tinggi dan serapan tenaga kerja terganggu, Indonesia bisa menyusul negara lain yang masuk fase Stagflasi.

"Imbasnya bisa 3-5 tahun recovery terganggu akibat daya beli turun tajam," tegasnya.