Antisipasi Krisis Pangan, ID FOOD Ajak Pemuda Ikut Berkontribusi jadi Pelaku Usaha Pertanian
Foto: Dok. ID Food

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD Frans Marganda Tambunan mengajak pemuda milenial untuk ikut berperan sebagai pelaku usaha pertanian dan berkontribusi untuk mengantisipasi krisis pangan dan mewujudkan kedaulatan pangan Nasional.

Menurutnya dalam menghadapi isu krisis pangan perlu dilakukan semua pemangku kepentingan termasuk peran pemuda atau milenial untuk ikut berkontribusi.

“Saat kita bicara tentang ketahanan pangan tak luput dari stok pangan di Indonesia, contohnya seperti Singapura yang punya stok pangan cukup, dari mana pun stoknya, beli dari manapun itu, itu bisa cukup, padahal Singapura negara yang tidak punya source pangan, tetapi stok pangannya selalu aman dan memenuhi tingkat permintaan masyarakatnya,” ungkap Frans dalam keterangannya, Minggu 28 Agustus.

Frans menyampaikan perang Rusia-Ukraina cukup berdampak bagi Indonesia, sumber penghasil gandum ada di Rusia dan Ukraina. Tentu berdampak bagi petani juga, harga pupuk naik karena sumbernya dari sana. Cita-cita Indonesia mencapai kedaulatan pangan, oleh karenanya dibutuhkan dukungan Insan muda untuk ikut berperan sebagai pelaku usaha pertanian, kontribusi terhadap pangan.

Contoh yang simple di dalam negeri, kata Frans, adalah adanya gejolak minyak goreng beberapa waktu lalu, kita memastikan stok minyak goreng dalam negeri ini aman. Termasuk peran BUMN ID FOOD bersama stakeholders dalam memastikan ketersediaan pangan minyak goreng, situasi ketahanan pangan merupakan akumulasi dari dinamika perkembangan pangan nasional, termasuk trend pertanian global juga mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

“Saat ini komoditas pangan yang masih bergantung pada impor adalah kedelai, bawang putih, daging dan gula. Sedangkan beras, jagung, telur ayam dan minyak goreng tingkat cadangan pangannya tergolong cukup, sehingga beberapa komoditas perlu menjadi perhatian Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan produksi secara mandiri,” kata Frans menjelaskan.

Frans melanjutkan seperti diketahui bersama bahwa Presiden Joko Widodo mendapat penghargaan dari IRRI (International Rice Research Institute) dalam hal swasembada beras di Indonesia. Begitu pun komoditas Jagung juga sudah 4-5 tahun kita tidak melakukan importasi. Mengenai kedelai, bawang putih, daging sapi menjadi PR bersama untuk perbaikan hulu-hilir pangan.

“Tantangan pangan di Indonesia ada dari sisi kendala industri, seperti keterbatasan lahan, kemudian prediksi iklim dan persaingan industri. Lalu ada juga kendala dari sisi petani, peternak, dan nelayan, daya beli dan kemampuan investasi yang terbatas, metode yang tradisional karena minimnya akses teknologi termasuk minimnya generasi penerus untuk turut serta membenahi pangan, oleh karenanya butuh generasi anak muda dan milenial untuk bersama-sama berkontribusi untuk ketahanan pangan Indonesia,” imbuh Frans.

Menurutnya, fasilitas pendukung seperti gudang penyimpanan juga menjadi perhatian saat ini untuk mendukung stok pangan.

“Isu harga masih sering terjadi 3-4 kali dalam setahun, seperti telur saat ini yang telah mencapai Rp 33.000 per Kg. Sebenarnya kita punya produksi yang berlebih, tetapi tidak bisa menyimpan dan mengolahnya. Lalu kedepannya ada buah, itu mungkin buah yang sudah dipanen 8-9 bulan yang lalu, produksi petani kita sudah baik, akan tetapi di penyimpanan dan pengolahannya yang perlu kita transformasi bersama,” ujarnya.

Menurutnya, hampir sebagian besar produksi komoditi pangan kita sudah lebih baik, bahkan diatas angka ketersediaan kita.

BUMN ID FOOD berperan dalam menghadapi disrupsi pangan global, tujuan yang diamanatkan Pemerintah adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas. “PR kami adalah pada saat kami bertumbuh kami juga memperhatikan kesejahteraan petani, maka dari itu kami bekerja sama dengan 2 juta petani, peternak, nelayan dalam meng off-taker maupun proses onfarming terkait produk-produk mereka,” terangnya.

Sebagai holding pangan ID FOOD memiliki beberapa program untuk membangun ekosistem pangan nasional. Pertama ada Warung Pangan, bagaimana kita bisa menyediakan produk ke warung-warung dan juga sebagai marketplace sesama penjual untuk transaksi jual dan beli. Saat ini sudah ada 3.000-5.000 mitra terutama warung, targetnya nanti akan sampai 30.000 mitra.

Pada sektor Peternakan, saat ini sudah bisa memproduksi DOC Ayam dengan kontribusi 10-15 persen, dan menciptakan ekosistem untuk peternak.

Di sektor Pertanian, kontribusi ID FOOD terdapat program makmur sinergi seluruh BUMN di bidang pertanian dan lintas sektor seperti perbankan dan asuransi untuk membantu petani, saat ini sudah melakukan tanam sekitar 180 ribu hektare untuk pangan pokok jagung, padi dan tebu targetnya adalah 2 juta hektare dalam waktu 3-4 tahun kedepan.

“Kami berharap anak-anak Muda Milenial dapat bergabung menjadi pelaku usaha pertanian supaya dapat menyokong industri pertanian Indonesia,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris Korporasi Holding Pangan ID FOOD Yossi Istanto menambahkan, dampak perubahan bonus geografi dalam menghadapi tantangan industri pangan bergantung bagaimana kita menyiapkan anak-anak muda milenial, khususnya dari sisi teknologi semua sektor seperti salah satunya pertanian perlu sentuhan teknologi, oleh karenanya keterlibatan milenial dan pemanfaatan teknologi diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.