Bagikan:

JAKARTA - Perempuan semakin memegang peranan penting dalam ekosistem pertanian dan pangan. Hal tersebut dilihat dari tumbuhnya kontribusi perempuan di tahapan rantai pasok industri pangan seperti budidaya dan pendistribusian (sektor UMKM). Namun demikian eksistensi perempuan di sektor pertanian dan pangan bukan tanpa tantangan, maka diperlukan langkah strategis untuk menjaga dan meningkatkan akses perempuan sehingga dapat terus berkontribusi bagi pembangunan pertanian dan kesejahteraan rumah tangga terutama di daerah pedesaan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Supply Chain Management (SCM) dan Teknologi Informasi (TI) ID FOOD Bernadetta Raras, Selasa 16 April, usai menjadi pembicara dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Workshop on Promoting Women Economic Empowerment Across Agri-Food Chain yang diadakan di Hanoi Vietnam. Menurutnya, besarnya peran perempuan di sektor pertanian dan pangan tersebut seiring dengan pertumbuhan petani dan pelaku UMKM perempuan di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Indonesia memiliki sebanyak 30 persen petani perempuan dari total 27,5 juta petani. Jumlah ini meningkat dari tahun 2019 yang berada di angka 24 persen dari total 24 juta petani.

Sedangkan di sektor hilir, menurut data BPS tahun 2022, Indonesia memiliki persentase pengusaha perempuan 53 persen atau lebih tinggi dari pengusaha laki-laki sebesar 47 persen. Jumlah ini di atas negara-negara lain di Asia Pasifik, seperti Filipina sebesar 52,1 persen, Vietnam 49,2 persen, dan Thailand 37,9 persen. Sementara itu, menurut data Asia Development Bank tahun 2022, 50% usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik perempuan di Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.

Raras mengatakan, meskipun kontribusi perempuan di sektor pertanian dan pangan terus tumbuh, namun hal tersebut bukan tanpa tantangan. Menurutnya, saat ini, perempuan di berbagai negara menghadapi tantangan yang hampir seragam, yaitu terkait keterbukaan akses perbankan/permodalan, kepemilikan tanah, literasi keuangan dan digital, serta akses pasar.

“Maka dari itu, dukungan seluruh stakeholder pangan terhadap pemberdayaan perempuan di sektor pangan perlu terus ditingkatkan, mengingat perempuan menjadi salah satu pilar pembangunan pertanian dan kesejahteraan rumah tangga terutama di daerah pedesaan,” ujarnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Raras menegaskan, perlunya penerapan inisiatif strategis yang konkrit, di antaranya melalui program close loop pertanian terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“Skema tersebut harus dijalankan secara kolaboratif lintas sektor, sehingga bisa mengatasi berbagai kendala dari mulai permodalan, pendampingan budidaya, penerapan teknologi, asuransi, hingga logistik dan pemasaran,” paparnya.

Ia memberikan contoh, model semacam itu telah berjalan di Indonesia melalui program Makmur yang diinisiasi Kementerian BUMN bersama sejumlah BUMN di sektor pangan, perbankan, asuransi, perkebunan, dan logistik atau perdagangan. “Salah satu yang kita jalankan untuk memperbesar akses perempuan di sektor pertanian dan pangan, yaitu melalui program Makmur di mana ID FOOD bertindak sebagai ketuanya. Program ini terbukti efektif meningkatkan jumlah areal tanam, partisipasi petani, serta produksi komoditas pangan,” terangnya.

Program Makmur merupakan program korporatisasi pertanian yang meliputi aktivitas pendanaan, budidaya, pemanfaatan teknologi, off take hasil panen, serta asuransi. Program ini telah dijalankan sejak tahun 2021 sampai saat ini. Sampai dengan tahun 2023, Makmur telah berkontribusi menghasilkan luas tanam sebanyak 692 ribu ha dengan realisasi panen 284 ribu ha dan partisipasi 322 ribu mitra petani. Jumlah tersebut mencakup 5 komoditas yang dikembangkan, yaitu padi, tebu, jagung, kelapa sawit, dan kopi. Capaian tersebut melampaui target luas tanam yang ditetapkan yaitu 557 ribu ha.

Peningkatan realisasi Makmur dalam 3 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa program integrasi pangan ini telah memberikan dampak positif khususnya bagi para petani mitra. Hal tersebut terlihat dari semakin tingginya partisipasi mitra petani, pada 2021 jumlah mitra tercatat 42 ribu petani, pada 2022 naik menjadi 131 ribu petani, dan pada 2023 petani yang bergabung dalam program ini telah mencapai 151 ribu petani.

“Terjadi peningkatan partisipasi kemitraan setiap tahunnya. Dari tahun 2021 ke 2022 meningkat sebesar 211% dan dari 2022 ke 2023 meningkat lagi sebesar 15%. Hal ini mengindikasikan semakin terbukanya akses bagi petani dan para pelaku usaha pangan dan sektor pendukung lainnya,” ujar Raras.  

Lebih lanjut, Raras menjelaskan, upaya meningkatkan akses perempuan di sektor pertanian dan pangan juga perlu didorong melalui digitalisasi, sehingga perempuan semakin melek perkembangan digital dan dampaknya akan semakin mudah menjalankan usaha secara daring.

“Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tahun 2021, 80 persen UMKM milik perempuan di Indonesia kini menggunakan platform digital untuk menjual produk dan layanannya. Survei tersebut juga menemukan bahwa bisnis-bisnis ini mengalami peningkatan penjualan rata-rata sebesar 20% sejak mereka mulai menggunakan teknologi digital,” paparnya.

Guna meningkatkan akses digital tersebut, ID FOOD telah melakukan pengembangan sejumlah aplikasi yang dapat membuka akses perempuan untuk melakukan kegiatan wirausaha secara daring, seperti pengembangan kanal Digital Touch Point market.idfood.co.id, Digital Lelang “Dilan”, e-commerce Warung Pangan, optimalisasi marketplace “PaDiUMKM” yang dijalankan bersama Kementerian BUMN, dan pembuatan channel online store di e-commerce yang ada di Indonesia untuk memasarkan produk-produk pertanian dan pangan.

“Langkah tersebut memungkinkan ID FOOD menjalin kemitraan dengan pelaku usaha pertanian dan UMKM Perempuan. ID FOOD juga dapat melakukan off take produk-produk yang dihasilkan oleh petani untuk kemudian diolah dan dipasarkan untuk segmen pasar nasional maupun mancanegara. Jadi kita membuka peluang selebar-lebarnya khususnya bagi para pelaku usaha perempuan untuk berkolaborasi,” jelasnya.

Adapun dalam gelaran APEC Workshop on Promoting Women Economic Empowerment Across Agri-Food Chain yang diadakan di Hanoi Vietnam selama 2 hari tersebut, ID FOOD tampil dalam sesi E-commerce in Promotion of Women Economic Empowerment in Agri-food Chain.

Pada kesempatan tersebut, ID FOOD memberikan kontribusi terhadap identifikasi peluang, tantangan spesifik, serta potensi kolaborasi dalam adopsi e-commerce bagi perempuan dalam rantai pertanian pangan di kawasan Asia Pacific, khususnya dalam implementasinya di Indonesia. APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacific diantaranya Philipina, China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Mexico, Indonesia, Thailand, serta Vietnam.