JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo dan Konsorsium Indonesia Investment Authority (INA) resmi menandatangani perjanjian kerja sama pengelolaan Belawan New Container Terminal (BNCT). Kerja sama ini bertujuan untuk mentransformasi Belawan melalui peningkatan kapasitas terminal, direct call, konektivitas terminal dan pelabuhan kecil, juga pengembangan kawasan industri di sekitar pelabuhan.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, dan Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, pada Rabu, 24 Agustus.
Ketua Dewan Pengawas INA, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut baik kerja sama Pelindo dengan Konsorsium INA pada Pelabuhan Belawan. Menurut dia, kerja sama ini menjadi milestone awal peran dan kontribusi INA dalam bidang ini.
"Sebagai negara kepulauan, perbaikan konektivitas antar pulau, sebagai salah satu bentuk transformasi struktural, melalui pembangunan pelabuhan yang efisien dan modern menjadi sangat penting," katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 25 Agustus.
Sri Mulyani mengatakan INA didirikan sebagai salah satu alternatif pembiayaan jangka panjang berbasis ekuitas untuk pembangunan Indonesia, terutama dalam upaya melakukan berbagai transformasi struktural untuk mencapai visi Indonesia maju.
Karena itu, Sri Mulyani berharap kerja sama ini dapat dilakukan hingga tuntas. Bahkan terus berlanjut dan memiliki dampak bola salju atau snowball effect yang luas pada inisiatif strategis lain.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, mengapresiasi adanya Master Agreement kerja sama investasi dan pengoperasian Belawan New Container Terminal. Ia menilai kerja sama ini merupakan milestone yang penting, tidak hanya bagi INA tetapi juga Pelindo dan DP World sebagai partner investasi dari Uni Emirat Arab.
Menurut Kartika, kerja sama ini merupakan effort Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun global connection dan global relationship yang dalam konteks ini adalah Uni Emirat Arab.
"Kita menjadi sahabat dengan Emirat yang diharapkan akan menjadi partner investasi kita, partner ekonomi kita di berbagai sektor dan terus mendukung industri transportasi, infrastruktur, maupun juga investasi kita ke depan," ujar Kartika.
Kartika berharap, transaksi dalam perjanjian tersebut dapat diselesaikan sebelum akhir tahun. Menurut dia, yang paling penting dalam transaksi ini tentunya segala perjanjian yang ada benar-benar dituangkan dengan baik dengan tata kelola yang baik dan memastikan ke depan, kerja sama ini benar-benar menguntungkan kedua belah pihak.
"Dan mencapai cita-cita untuk menjadikan Belawan sebagai transportation hub dan menjadi maritime hub di Kawasan Asia Tenggara," ucapnya.
Belawan Hanya Pengumpan
Peran Pelabuhan Belawan selama ini hanyalah sebagai feeder atau pengumpan trafik barang pelabuhan-pelabuhan besar lain di sekitarnya seperti Port of Singapore, Tanjung Pelepas, dan Port Klang.
Melalui kerja sama pengelolaan antara Pelindo dan Konsorsium INA, kapasitas BNCT yang saat ini tercatat sebesar 600 ribu TEUs, akan meningkat hingga dua setengah kali lipat menjadi 1,4 juta TEUs
dalam enam tahun ke depan. Kenaikan tersebut pun akan memantapkan posisi Pelabuhan Belawan sebagai salah satu main gateway (gerbang utama) lalu lintas logistik di Selat Malaka.
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono menyampaikan salah satu target Pelindo pasca merger adalah mendukung pengembangan infrastruktur pelabuhan yang lebih terkoordinasi, sehingga dapat memperkuat konektivitas maritim dan hilirisasi industri.
BACA JUGA:
Kata Arif, kerja sama Pelindo dengan Konsorsium INA ini akan mengakselerasi pengembangan Pelabuhan Belawan dengan standar layanan internasional, yang memungkinkannya untuk meningkatkan peran dari pelabuhan feeder menjadi pintu gerbang logistik di Sumatera bagian utara.
"Dengan demikian, pelabuhan ini diharapkan dapat memperkuat daya saing produk-produk unggulan Pulau Sumatera dan berkontribusi pada penurunan biaya logistik secara bertahap," ucap Arif.
Untuk semakin mewujudkan peran Pelabuhan Belawan sebagai salah satu gateway logistik di Selat Malaka, BNCT akan menjadi pusat koneksi terminal dan pelabuhan kecil lain di Pulau Sumatera bagian utara. BNCT pun akan memodernisasi infrastruktur maritim, termasuk efisiensi manajemen dengan kawasan industri serta lalu lintas truk menuju/dari pelabuhan.
Pengelolaan BNCT merupakan salah satu implementasi perjanjian aliansi strategis senilai 7,5 miliar dolar Amerika antara INA dan DP World untuk meningkatkan kualitas layanan maritim dan logistik di Indonesia. Kerja sama antara INA dan DP World bertujuan meningkatkan kualitas pengoperasian pelabuhan, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan daya saing Indonesia.
Pelabuhan Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah mengaku cukup optimistis. Kata dia, sektor maritim dan kepelabuhanan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Menjadikan Pelabuhan Belawan sebagai pintu gerbang maritim, akan memberikan efek berantai yang sangat positif bagi perkembangan ekonomi Pulau Sumatera.
"Konektivitas yang semakin terbangun di sana, akan semakin mendapat dukungan, sehingga untuk produk-produk unggulan kita dapat bersaing di level global. Kerja sama dengan Pelindo dan DP World pun akan membuat kita mampu menyelesaikan berbagai kendala, seperti tingginya biaya logistik dan inefisiensi," jelasnya.
"Kami menyambut kehadiran DP World sebagai partner strategis internasional yang telah kita pilih melalui seleksi ketat, untuk dapat membantu percepatan penciptaan jaringan logistik laut yang mumpuni serta memberikan nilai tambah bagi investor, dunia usaha, juga kualitas sumber daya manusia perusahaan," sambungnya.
CEO & Managing Director DP World Asia Pacific, Glen Hilton mengatakan DP World sebagai operator pelabuhan kelas dunia akan memperkenalkan praktik terbaik yang dimiliki kepada Indonesia.
"Kami bangga dapat turut serta membantu Indonesia mengembangkan Pelabuhan Belawan dan mendukung ambisinya untuk mengembangkan perekonomian Sumatera melalui pembangunan infrastruktur. Melalui investasi pada teknologi terbaru dan berkelanjutan, pelatihan kelas dunia," katanya.
"Serta standar tertinggi untuk keselamatan dan kesehatan kerja. Kami ingin menghilangkan inefisiensi, untuk kemudian mengakselerasi perdagangan antara Indonesia dengan dunia internasional," sambungnya.