JAKARTA - Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berhasil menduduki peringkat teratas dalam daftar 100 perusahaan terbesar versi Majalah Fortune Indonesia berdasarkan pendapatan tahun fiskal 2021. Perusahaan tersebut yakni Pertamina hingga Telkom.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan dalam daftar 100 perusahaan terbesar, ada lima besar didominasi BUMN. Di antaranya Pertamina di peringkat pertama, PLN di nomor dua, lalu di peringkat empat dan lima ada BRI dan Telkom Indonesia.
Kemudian, lanjut Erick, di luar itu, ada Bank Mandiri di peringkat enam dan MIND ID yang menduduki posisi sepuluh. Kemudian, Pupuk Indonesia di peringkat 13, BNI peringkat 14, Semen Indonesia peringkat 26, dan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) peringkat 27.
Sementara Krakatau Steel berada di urutan 30, BTN ke-32, KAI ke-46, Wijaya Karya ke-47, PT PP ke-50, Jasa Marga ke-60, Kimia Farma ke-72, Waskita Karya ke-78, dan Adhi Karya ke-83.
Erick mengatakan hal ini merupakan pencapaian luar biasa dan bukti nyata dari keberhasilan transformasi di BUMN. Dimana dari 20 dari 100 perusahaan terbesar yang dirilis Fortune berasal merupakan BUMN.
“Alhamdulillah, transformasi ini dapat berkontribusi lebih bagi negeri," ujar Erick di Jakarta, Kamis 11 Agustus.
BACA JUGA:
Laporan Fortune ini sesungguhnya memberikan gambaran positif bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, kata Erick, sebanyak 80 perusahaan dalam 100 teratas berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada 2021. Padahal pada daftar yang sama tahun 2020, hanya 30 perusahaan yang berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan.
“Yang menarik, Fortune menilai pembentukan sejumlah holding BUMN memiliki dampak besar dalam peningkatan pertumbuhan pendapatan bagi BUMN,” kata Erick.
Transformasi BUMN juga berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,44 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dalam kuartal II 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Dengan total aset BUMN yang mencapai sekitar Rp9.000 triliun pada 2021, kontribusi BUMN terhadap PDB mencapai 53 persen. Menariknya, selain mencatatkan pertumbuhan laba, BUMN tetap menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak proyek-proyek yang menyerap tenaga kerja di tengah sikap pesimistis masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.
Selama pandemi, lanjut Erick, BUMN secara masif telah mampu membuka lapangan kerja dalam sejumlah proyek besar besar, seperti Proyek peningkatan kilang atau refinery development master plan (RDMP) Balikpapan yang menyerap 19 ribu tenaga kerja, hilirisasi batubara menjadi DME yang menyerap 10 ribu tenaga kerja, smelter tembaga Freeport Gresik yang menyerap hingga 40 ribu tenaga kerja.
Kemudian pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) juga mencatatkan penyerapan hingga 200 ribu tenaga kerja, serta pembangunan KEK Mandalika dimana InJourney selaku core dari penyelenggaraan event internasional MotoGP mampu menyerap 4.500 tenaga kerja lokal.
Erick mengatakan yang paling spektakuler sebenarnya adalah penyerapan tenaga kerja melalui PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi 12,7 juta ibu-ibu pada Tahun 2021 dan akan didorong hingga mencapai jumlah 20 juta hingga tahun 2024.
“BUMN sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia harus mampu tampil dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pasar, dan yang terpenting memastikan pembukaan lapangan kerja dapat terus terjadi,” ujar Erick.