Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong pabrikan lokal penunjang hulu migas untuk masuk ke pasar regional Asia Pasifik melalui ajang Oil and Gas Asia.

Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas, Erwin Suryadi mengatakan, pihaknya akan membawa 20 pabrikan lokal terbaik untuk melakukan presentasi produk di paviliun khusus Indonesia dalam ajang Oil and Gas Asia yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 13-15 September 2022.

"Kami membangun kesepakatan dengan mereka (pabrikan lokal) supaya produk-produk (penunjang hulu migas) yang sudah top bisa terangkat ke level Asia Pasifik," ujarnya dikutip dari Antara, Jumat, 12 Agustus.

Erwin menjelaskan, keikutsertaan Indonesia dalam ajang Oil and Gas Asia tahun ini merupakan yang pertama kali.

SKK Migas sebagai inisiator akan aktif membantu perusahaan untuk bisa mengembangkan bisnis pabrikan lokal penunjang hulu migas.

Sebanyak 20 pabrikan lokal terbaik yang sebelumnya telah melalui tahap seleksi Forum Kapasitas Nasional, di antaranya PT Pertamina Patra Niaga, PT Teknologi Rekayasa Katup, PT Rainbow Tubulars Manufacture, PT Luas Birus Utama hingga Artas.

SKK Migas akan menjadi jembatan antara pabrikan dalam negeri dengan para perusahaan kawakan sektor migas di regional Indo-Asia Pasifik yang memang menjadi langganan mengikuti ajang tahunan Oil and Gas Asia.

"Pabrikan yang kami anggap kompeten untuk bisa hadir dalam ajang Oil and Gas Asia. Komoditasnya beragam termasuk ada galangan kapal maupun galangan yang sudah siap, inilah yang mau kami perkenalkan ke sana," ujar Erwin.

Dikatakan Erwin, kehadiran pemerintah menjadi kunci dalam mempromosikan keunggulan pabrikan dalam negeri.

SKK Migas telah melakukan pemetaan pabrikan lokal di berbagai wilayah melalui Forum Kapasitas Nasional dengan hasil temuan ada beberapa perusahaan yang telah mengekspor produk mereka ke pasar luar negeri.

Salah satunya PT Teknologi Rekayasa Katup yang memproduksi suku cadang valve atau katup yang sangat vital dalam operasional migas.

"Luas Birus Utama sudah lolos tes dari Exxon Indonesia, (pabrikan lokal) itu akan kami pertemukan dengan Exxon Singapura. Kalau lolos dari Exxon Singapura, maka tidak ada cerita Exxon Asia Pasifik pasti akan menggunakan produk mereka," jelas Erwin.

Erwin menilai, adanya campur tangan pemerintah diawal penjajakan akan membantu para pelaku usaha dalam melakukan ekspansi bisnis karena memberikan kepastian kepada para calon mitra.

Menurutnya, jika hanya pengusaha saja, maka mereka akan kesulitan melakukan promosi karena pasar Asia Pasifik merupakan levelnya pemerintah.

Perusahaan juga lebih dipercaya calon mitra bila mereka didukung oleh pemerintah.

Pada 27-28 Juli lalu, SKK Migas telah menyelenggarakan Forum Kapasitas Nasional yang memberikan gambaran cukup jelas mengenai potensi pelaku usaha terkhusus penunjang hulu migas yang ternyata memiliki potensi dan kemampuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang beroperasi di Indonesia, tapi juga di luar negeri.

Melalui Forum Kapasitas Nasional tersebut, SKK Migas juga mengetahui ada banyak pelaku usaha yang ternyata sudah lebih dulu memasok produk penunjang hulu migas ke pasar mancanegara.

Erwin mengungkapkan, pasar domestik tidak jarang sudah terlalu sesak yang membuat produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha penunjang hulu migas justru tidak terserap optimal, sehingga harus mulai dipasarkan ke luar negeri melalui ajang Oil and Gas Asia.

"Ini tantangan yang menarik, SKK Migas mendorong perusahaan dalam negeri jangan cuma jago kandang, tetapi juga bisa jalan memasarkan produk ke pasar luar negeri," ucap Erwin.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, kehadiran paviliun Indonesia dalam ajang Oil and Gas tidak hanya menjadi jembatan bagi industri penunjang hulu migas, tetapi menjadi salah satu cara SKK Migas untuk memasarkan potensi cadangan migas di Indonesia yang masih prospektif.

SKK Migas bakal mendorong Pertamina untuk aktif mencari mitra usaha untuk mengelola blok-blok migas mereka.

"Nanti ada Subholding Pertamina juga, kami dorong buka komunikasi dengan pemain-pemain di kawasan Asia Pasifik. Jadi, hulu dapat (terlibat)," pungkas Erwin.