JAKARTA - Pemerintah telah menetapkan target lifting minyak dan gas untuk tahun 2030 yakni 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD).
Untuk mencapai target tersebut, Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengungkapkan Indonesia membutuhkan rerata investasi di sektor hulu migas sebesar 18 miliar dolar AS per tahun.
"Hingga 2030 secara rata-rata dibutuhkan investasi sebesar 18 miliar dolar AS per tahun," ujar Nanang yang dikutip Kamis 14 September.
Sementara itu, lanjut Nanang, realisasi investasi dalam tiga tahun terakhir yang terus meningkatkan menunjukkan saat ini iklim investasi hulu mgias di Idnonesia terus membaik.
"Namun harus harus terus diperbaiki dan ditingkatkan karena saat ini Indonesia masih menempati peringkat 9 dari 14 negara di Asia Pasifik dari segi daya tarik investasi," lanjut Nanang.
Nanang memaparkan, berdasarkan data SKK Migas, dalam tiga tahun terakhir, nilai investasi di sektor hulu migas terus mengalami kenaikan
Tahun ini, investasi di hulu migas ditargetkan mencapai 15,5 miliar dolar AS atau lebih tinggi 26 persen dibanding realisasi 2022. Target tersebut juga tercatat n lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global yang sebesar 6,5 persen.
Meski iklim investasi terus membaik, Nanang menyebut Indonesia masih harus bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik investor.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Nanang menyampaikan jika isu-isu yang masih menghambat upaya-upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi di sektor hulu migas perlu segera dicarikan solusi.
Nanang menyebut peningkatan investasi akan mendorong kegiatan operasional hulu migas yang lebih masif, sehingga kegiatan seperti workover, well service, pemboran eksplorasi dan pemboran eksploitasi akan terus tertambah.
“Saat ini target pemboran sumur pengembangan sebanyak 991 sumur dengan prognosa bisa diselesaikan 919 sumur. Jika investasi terus meningkat, maka suatu saat pemboran sumur pengembangan bisa mencapai diatas 1.000 sumur, sehingga perlu disiapkan juga mengenai perizinan, lahan, lingkungan dan sosial masyarakat lainnya," pungkas Nanang.