Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan investasi sebesar 186,7 miliar dolar AS untuk mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, jika saat ini, sektor hulu migas terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional guna memenuhi kebutuhan domestik yang semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional.

“Di 2050, volume konsumsi minyak diperkirakan naik 139 persen, sementara volume konsumsi gas diprediksi naik 298 persen,” ujar Dwi kepada media, Kamis, 7 September.

Menurutnya, dukungan investasi diperlukan agar kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas bisa dilakukan secara masif.

Iklim investasi di sektor hulu migas terus diperbaiki melalui pemberian insentif dan perubahan kebijakan fiskal.

“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, namun masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” kata Dwi.

Dia mengaku, berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi hulu migas mulai menunjukkan dampak positif.

Sejak 2021, investasi di hulu migas terus mengalami kenaikan.

Pada 2022, lanjut Dwi, investasi di hulu migas mencapai 12,3 miliar dolar AS atau naik 13 persen dibanding tahun sebelumnya.

Kenaikan tersebut tercatat 5 persen lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global.

"Sementara di tahun ini, investasi hulu migas ditargetkan mencapai 15,5 miliar dolar AS atau naik 26 persen dibanding tahun lalu," kata dia.

Target tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global (6,5 persen) maupun Rencana Jangka Panjang atau Long Term Plan (LTP) SKK Migas yang sebelumnya mematok target sebesar 13 miliar dolar AS.

Selain itu, SKK Migas terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi.

Gas bumi memainkan peranan penting sebagai sumber energi primer selama masa transisi menuju penggunaan energi bersih melalui pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2030.

Gas bumi juga dibutuhkan sebagai bahan baku untuk industri, seperti industri baja, keramik, pupuk, petrokimia dan industry lainnya.

Di sisi lain, upaya pencapaian target produksi gas sebesar 12 BSCFD juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.

Ketersediaan infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh wilayah memungkinkan gas alam yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia bisa terserap secara optimal untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Apalagi, beberapa proyek strategis nasional dijadwalkan sudah mulai berproduksi sebelum 2030, yakni Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Abadi Masela.

Dari ketiga proyek tersebut, total investasi mencapai 38,58 miliar dolar AS dengan penambahan produksi minyak sebesar 65.000 barel per hari dan gas sebesar 3.644 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

“Saat ini, alokasi gas untuk domestik sudah mencapai 65 persen dari total produksi gas, sesuai dengan kebutuhan pengguna gas domestik. Seiring dengan peningkatan produksi gas di masa yang akan datang, tentu diharapkan ada pertumbuhan kapasitas industri pengguna gas sehingga gas dapat dimanfaatkan untuk dalam negeri mendukung pembangunan," beber Dwi.

Investasi pada proyek-proyek pengembangan gas alam perlu ditingkatkan untuk menjamin ketersediaan suplai gas bagi pasar domestik.

“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, namun masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” kata Dwi.

Pada 2024, investasi untuk pengembangan lapangan gas ditargetkan sebesar 8 miliar dolar AS atau 50 persen dari target total investasi di sektor hulu migas yang mencapai 16 miliar dolar AS.

Pada tahun-tahun berikutnya, nilai investasi gas ditargetkan terus mengalami kenaikan hingga mencapai 12 miliar dolar AS pada 2030.

Saat ini, penemuan cadangan migas baru serta persetujuan plan of development (POD) di dominasi oleh gas, sehingga pengembangan proyek baru kedepan akan lebih mengarah ke gas.

Terus meningkatnya investasi di minyak, salah satunya adalah upaya untuk menahan laju decline rate dengan komitmen untuk bisa mencapai zero decline serta tambahan produksi dari proyek-proyek lapangan minyak.

Salah satu investasi yang besar di minyak adalah untuk pengeboran sumur pengembangan.

Untuk tahun 2023, prognosa pengeboran sumur pengembangan mencapai 919 sumur dan tahun 2024 ditargetkan dapat melebihi capaian di 2023.

Di tengah tren kenaikan investasi hulu migas, Dwi mengungkapkan masih ada tantangan yang muncul, salah satunya adanya tuntutan untuk mengintegrasikan kegiatan usaha hulu migas dengan penerapan teknologi Carbon Capture Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS).

“Masing-masing perusahaan migas juga mendapat target untuk mencapai Net Zero Emission,” pungkas Dwi.