JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih belum mengungkapkan rencana penambahan anggaran kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi meski saat ini terjadi peningkatan konsumsi dalam jumlah tinggi.
Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatawarta menyatakan bahwa pihaknya masih tetap mengacu pada penganggaran subsidi dan kompensasi sebelumnya yang memang sudah ditambah berdasarkan kesepakatan pemerintah bersama DPR beberapa bulan lalu.
“Kita tahun ini sudah menganggarkan subsidi maupun kompensasi hingga Rp502,4 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar Rp350 triliun dari APBN 2022 semula,” ujarnya melalui saluran virtual ketika memberikan keterangan kepada awak media dikutip Jumat, 12 Agustus.
Isa merinci nilai subsidi ditambah Rp75 triliun dari sebelumnya Rp134 triliun. Kemudian untuk kompensasi melesat dari Rp18,5 triliun menjadi Rp275 triliun.
“Sementara untuk konsumsi (BBM bersubsidi dan kompensasi) kita sudah perkirakan sekitar 15 juta kilo liter untuk solar dan untuk pertalite 23 kilo liter,” tuturnya.
Anak buah Sri Mulyani itu pun mengakui bahwa terjadi lonjakan permintaan BBM subsidi yang luar biasa tinggi dalam beberapa bulan terakhir menyusul penyesuaian harga sejumlah jenis bahan bakar yang tidak mendapat bantuan pemerintah.
BACA JUGA:
“Kita terus mewaspadai volume konsumsi yang naik sekarang ini sudah di kisaran angka yang kita asumsikan semula (untuk sepanjang tahun). Ini akan terus kita pantau, mudah-mudahan kita bisa mengelolanya dengan baik, terutama untuk volume konsumsi tadi,” tegas dia.
Sementara itu, redaksi mencoba mengkonfirmasi hal ini kepada Pertamina. Melalui Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, perusahaan pelat merah itu memberikan kejelasan.
“Hingga Juli solar subsidi sudah tersalurkan 9,9 juta kilo liter, sementara kuotanya 14,9 juta kilo liter. Sementara pertalite sampai Juli sudah tersalurkan 16,8 juta kilo liter, dari kuota 23 juta kilo liter,” kata Irto ketika menjawab pertanyaan VOI.