JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengembalikan secara bertahap pesawat Bombardier CRJ-1000 yang pada fase awal ini dilakukan melalui pengembalian dua pesawat produksi Perusahaan berbasis di Montreal, Kanada, dari total 18 pesawat yang pernah dioperasikan oleh Garuda Indonesia.
Pengembalian dua pesawat Bombardier CRJ-1000 dengan nomor registrasi PK-GRQ dan PK-GRN tersebut diberangkatkan pada pukul 09.00 WIB dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju MHIRJ Facility Service Centre, Tucson, Arizona, Amerika Serikat, pada Senin, 1 Agustus.
Pengembalian armada tersebut merupakan bagian dari strategi restrukturisasi armada yang dijalankan Garuda Indonesia sejalan dengan telah dirampungkannya putusan homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) termasuk intensifikasi rencana strategis Perusahaan dalam rangka percepatan pemulihan kinerja.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pengembalian armada tersebut merupakan bagian dari langkah transformasi Garuda Indonesia guna memperkuat fundamen operasional yang lebih solid.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan, cara memperkuat fundamen operasional dengan mengoptimalkan utilisasi armada serta penyesuaian alat produksi termasuk spesifikasi pesawat yang disesuaikan dengan segmentasi dan karakteristik pasar.
"Hal ini turut sejalan dengan komitmen kami untuk semakin cermat dan prudent dalam mengembangkan langkah ekspansi kinerja dengan basis kebutuhan alat produksi yang lebih terukur dan mengedepankan basis landasan cost leadership dalam setiap prosesnya,” ujarnya dalam keterangan resmi, di Jakarta, Selasa, 2 Agustus.
Sebelumnya, pada tanggal 19 Juli lalu, Garuda telah mengembalikan satu-satunya armada Boeing 737 Max-8 dengan nomor registrasi PK-GDA kepada lessor Bocomm Leasing di Belanda.
Lebih lanjut, Irfan mengatakan, langkah restrukturisasi perusahaan dalam jangka panjang juga dioptimalkan melalui kesepakatan bersama dengan lessor terkait dengan perubahan maupun perpanjangan kontrak sewa.
Seperti penerapan skema power by the hour untuk pembayaran biaya sewa pesawat, di mana nantinya perusahaan akan membayar biaya sewa berdasarkan jam terbang pesawat.
Melalui berbagai langkah strategis tersebut, kata Irfan, Garuda Indonesia berhasil menekan biaya sewa untuk pesawat narrow body hingga di kisaran 30 persen dan pesawat wide body hingga di kisaran 69 persen.
Selain itu, Irfan mengaku, akan terus mengevaluasi kondisi rute yang beroperasi dengan menyesuaikan jenis armada berdasarkan tingkat keterisian penumpang melalui penggunaan armada wide body untuk rute yang memiliki kontribusi positif pada kinerja perusahaan.
“Sementara itu, untuk memberikan berbagai alternatif destinasi penerbangan internasional bagi para pengguna jasa, Garuda Indonesia akan mengoptimalkan sinergi bersama dengan airline partner baik melalui skema interline maupun codeshare,” ujar Irfan.
BACA JUGA:
Irfan mengatakan, sejalan dengan tindak lanjut kesepakatan yang telah berhasil dicapai oleh perusahaan dengan lessor serta didukung dengan peningkatan kinerja yang mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif, selanjutnya Garuda Indonesia akan menambah pengoperasian armada.
“Sebanyak 3 armada B737-800 NG yang sebelumnya direlokasi oleh lessor untuk melengkapi proyeksi pengoperasian armada Garuda Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai 60-70 armada di akhir tahun 2022 mendatang,” tuturnya.