Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Gerakan Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko mengajak generasi muda di Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air.

Hal itu guna mendukung pembangunan, terutama dalam menghadapi ancaman krisis pangan dan energi.

Budiman mengatakan ajakan tersebut berawal dari pertemuannya dengan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri di Jakarta, Selasa, 12 Juli.

"Lebih banyak ngobrol tentang masa lalu sih, bicara tentang perjuangan demokrasi zaman dulu, zamannya Orde Baru, terus peristiwa 27 Juli 1996, dan sebagainya. Namun akhirnya lebih banyak membicarakan tentang bagaimana menghadapi krisis pangan dan energi," kata Budiman dikutip dari ANTARA, Minggu, 17 Juli.

Lebih lanjut, politikus PDIP itu mengatakan, pembicaraan soal krisis pangan dan krisis energi tersebut muncul karena Megawati mengetahui jika dirinya banyak mengumpulkan anak-anak muda Indonesia di dalam maupun luar negeri yang memiliki perhatian besar terhadap masalah energi dan teknologi pertanian.

Oleh karena itulah, kata dia, Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertanya terkait dengan kemungkinan anak-anak muda yang baru lulus kuliah di luar negeri untuk pulang ke Tanah Air, guna membantu pembangunan di desa-desa dalam menghadapi krisis pangan dan energi.

Menurut dia, pertanyaan tersebut disampaikan Megawati karena ketika Ketua Dewan Pengarah BRIN itu berdiskusi dengan Presiden Joko Widodo mendapat informasi jika ada sekitar 40 negara akan mengalami kebangkrutan akibat krisis pangan dan krisis energi.

"Nah, karena mereka kekurangan pangan dan segala macam, tidak akan terhindarkan negara-negara tersebut suatu saat pasti akan 'menyerbu' Indonesia untuk meminta pangan dari Indonesia yang pangannya subur," kata Budiman.

Akan tetapi sebelum membantu negara-negara lain, kata dia, Indonesia tentunya harus mandiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri lebih dulu sebagai antisipasi terhadap ancaman krisis pangan.

Dengan demikian, setelah kebutuhan pangan dalam negeri Indonesia terpenuhi, selebihnya bisa dipakai untuk membantu 40 negara lain yang sudah maupun akan bangkrut.

Terkait dengan hal itu, Budiman mengatakan pihaknya berupaya mengajak sumber daya manusia Indonesia yang ada di dalam maupun luar negeri untuk pulang ke Tanah Air, guna bersama-sama mengembangkan seluruh potensi desa untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan.

"Kebetulan saya akhir bulan Juli ini diminta untuk berbicara dalam konferensi internasional tentang pembangunan desa yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga di Jerman, termasuk dalamnya adalah PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Jerman," katanya.

Ia mengaku diminta untuk bertindak sebagai pembicara kunci dalam konferensi internasional tersebut, sehingga kesempatan itu akan digunakan untuk menindaklanjuti hasil pembicaraannya dengan Megawati.

"Akan saya sambungkan dengan agenda menghadapi krisis pangan dunia dan krisis energi dunia," kata Budiman.

Bahkan, tidak lama setelah pertemuannya dengan Megawati, dia mengaku langsung menghubungi teman-temannya yang merupakan ahli bioteknologi pertanian dan kebanyakan masih berada di luar negeri untuk diajak mengembangkan vertical farming (pertanian bertingkat) di Indonesia, sehingga bisa menghemat lahan.

Menurut dia, pertanian bertingkat sangat bisa dijadikan sebagai salah satu upaya peningkatan produksi di samping menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat alih fungsi lahan pertanian.

"Sangat bisa, karena nanti pakai teknologi Internet of Things (IoT) untuk produktivitas dan kontrol penggunaan air," katanya.

Ia mengatakan, teknologi pertanian bertingkat tersebut akan segera diimplementasikan di sejumlah daerah karena ancaman krisis pangan sungguh-sungguh riil.

"Di bulan Agustus, saya akan kumpulkan pegiat-pegiat ekonomi perdesaan, baik BUMDes maupun koperasi. Kegiatan akan diselenggarakan di Bukit Algoritma untuk menindaklanjuti perbincangan saya dengan Bu Megawati," kata Budiman.