Kabar Baik untuk Investor Ritel di Pasar Saham: Chandra Asri Milik Konglomerat Prajogo Pangestu Mau Stock Slit 1:4, Bakal Diputuskan pada RUPSLB 5 Agustus
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) akan melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split dengan rasio 1:4. Aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 5 Agustus mendatang.

Direksi Chandra Asri menyampaikan bahwa stock split tersebut dimaksudkan agar harga saham perseroan di pasar bursa menjadi lebih terjangkau bagi para investor, terutama investor ritel. Pada perdagangan Jumat 15 Juli, saham TPIA ditutup menguat 75 poin atau 0,79 persen menjadi Rp 9.550.

"Stock split juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga jumlah investor yang tertarik berinvestasi di perseroan diharapkan menjadi lebih banyak," ujar Direksi TPIA dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu 16 Juli.

RUPSLB 5 Agustus nanti juga akan membahas perubahan susunan pengurus perseroan.

Asal tahhu saja, TPIA baru-baru ini mendapat fasilitas kredit dari PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) senilai 100 juta dolar AS atau setara Rp1,5 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis industri petrokimia di Indonesia.

"Pembiayaan yang diberikan oleh Bank OCBC NISP adalah bagian dari komitmen Bank OCBC NISP untuk mendukung Chandra Asri agar dapat secara berkesinambungan mengembangkan bisnis," kata Chief Financial Officer Chandra Asri Andre Khor.

Andre menjelaskan, Chandra Asri merupakan produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Perseroan terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi pertumbuhan permintaan peroduk petrokimia di dalam negeri.

"Salah satu strategi perseroan adalah mengembangkan kompleks pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 berskala dunia. Dengan dibangunnya kompleks ini, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mengembangkan industri hilir petrokimia lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi," ujar Andre.