Jadi Penghasil Ekspor Tebesar, Pemerintah Terus Tingkatkan Tata Kelola Industri Sawit
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Bisar Pandjaitan (Foto: Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu industri strategis.

Sedikitnya lebih dari 16,4 juta orang hidup dan bekerja pada industri kelapa sawit.

Bahkan, industri sawit merupakan penghasil eskpor terbesar.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Bisar Pandjaitan mengatakan, sebagai bagian dari peningkatan tata kelola industri sawit, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan untuk mengaudit tata kelola yang berjalan saat ini.

"Pemerintah juga terus mengambil berbagai langkah untuk dapat mencapai target dari sisi hulu (perkebunan) hingga hilir (industri pengolahan kelapa sawit, oleochemical, hingga biodiesel)," kata Luhut, dalam acara pnyerahan data perkebunan sawit kabupaten dalam rangka Audit Perkebunan Sawit Seluruh Indonesia pada Kamis, di Jakarta, Kamis, 7 Juli.

Kata Luhut, hal tersebut akan membantu melengkapi data dan informasi, sehingga pembuatan kebijakan menjadi lebih akurat.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, peran kelapa sawit sangat besar, baik dari sisi hulu maupun hilir.

Selain salah satu penyumbang terbesar ekspor dan penerimaan negara, harga tandan buah segar (TBS) dan minyak goreng yang terjangkau membantu menjaga tingkat konsumsi.

"Untuk masalah harga TBS belum bisa dikomunikasikan sekarang, karena kita juga harus melihat perkembangan," ujarnya.

Namun, kata Luhut, permasalahan masih terjadi di sisi hulu, realisasi ekspor masih membutuhkan waktu untuk kembali normal pasca larangan ekspor.

Karena itu, di awal Juli pemerintah telah melakukan percepatan realisasi ekspor mencapai 267.000 ton sehari.

Percepatan ekspor dilakukan dengan meningkatkan rasio pengali 1:7 untuk SIMIRAH 2.0.

Realisasi DMO SIMIRAH 2.0 (pengiriman dari produsen ke distributor 1) telah mencapai 281.000 ton.

Dengan rasio pengali 1:7 dan sisa alokasi dari program transisi dan percepatan, terdapat alokasi ekspor hingga 4 juta ton untuk bulan Juli.

"Langkah percepatan realisasi ekspor ini akan mampu mendorong pengosongan tangki dan membantu meningkatkan harga TBS di tingkat petani," jelasnya.

Walaupun dunia sedang dihadapkan pada tantangan krisis energi dan pangan, kata Luhut, pemulihan ekonomi Indonesia tetap berjalan kuat dan cepat.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2022 lebih baik dibandingkan dengan banyak negara di dunia.

Selain itu, pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi salah satu tertinggi di dunia pada Mei 2022 lalu.

"Ekspor kita masih menjadi salah satu yang kuat di dunia. Kita semua harus hati-hati melihat pergerakan dunia ini. Kita beruntung sampai hari ini masalah pangan masih oke banget," ucapnya.