Menko Luhut Minta Sri Mulyani Kaji Penurunan Tarif Pungutan Ekspor Sawit
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini pemerintah terus melakukan berbagai upaya agar harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bisa naik. Luhut menjelaskan permasalahan masih terjadi di sisi hulu yaitu terkait realisasi ekspor CPO masih membutuhkan waktu.

Menurut Luhut, realisasi ekspor akan lancar mulai pekan depan. Dengan begitu, Luhut berharap harga TBS akan kembali naik ketika nantinya proses ekspor lancar. Luhut mengatakan dirinya juga meminta kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk mengkaji penurunan tarif penurunan ekspor.

"Tapi nggak cukup itu aja, supaya lancar kita mungkin akan menurunkan, tadi malam saya bicara sama Menteri Keuangan TPE (tarif pungutan ekspor) mungkin kita bawa sampai ke bawah. Sehingga orang dikasih insentif untuk ekspor," katanya dalam Rapat Koordinasi AKPSI, di Hotel Sahid, Jakarta, 7 Juli.

Luhut menjelaskan bahwa jika ekspor CPO lancar, maka tangki pabrik kelapa sawit akan kembali menyerap TBS petani sawit di dalam negeri. Dengan demikian, harga TBS dapat kembali naik.

Lebih lanjut, Luhut juga mengatakan pemerintah berencana menyerap TBS di dalam negeri melalui peningkatan energi baru terbarukan dari B30 menjadi B40.

"Kemudian kita bikin B30 menjadi B40 itu juga ada 2,5 juta ton masuk ke sana, itu juga nanti berarti permintaan naik," terang Luhut.

Luhut mengaku untuk menaikkan harga TBS tidak mudah. Salah satunya diperburuk dengan langkah negara-negara yang mulai kembali membuka keran ekspor minyak bunga matahari atau sunflower. Salah satunya adalah Ukraina. Bahkan, Ukraina juga menurunkan pajak ekspor untuk komoditas tersebut.

"Minyak sunflower itu kan sudah lama tak terekspor berapa bulan tuh? 4-5 bulan kan. Sekarang dia turunin pajak, dia bawa ekspor pengaruh lah ke yang lain," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat ME Manurung meminta pemerintah menurunkan bea keluar CPO yang saat ini 288 dolar AS menjadi 200 dolar AS.

Kemudian, Apkasindo juga berharap pungutan ekspor dari yang saat ini 200 dolar AS menjadi 100 dolar AS. Sehingga total beban harga CPO menjadi 350 dolar AS.

Dengan asumsi harga CPO Cif Rotterdam 1.400 dolar AS per 23 Juni dan dikurangi beban 350 dolar AS, maka seharusnya harga CPO Indonesia adalah 1.050 dolar AS. Sehingga, apabila 1.050 dolar dikonversikan ke mata uang rupiah, maka harga CPO Indonesia seharusnya berada di Rp15.500 per kilogram.

Kemudian, kata Apkasindo, jika ditransmisikan kepada harga TBS petani sawit maka mendapatkan hasil senilai Rp3.300 per kilogram. 

"Ini lah yang disebut Pak Luhut harga TBS harus di atas tiga ribu," ucap Gulat.