Bos OJK Ungkap Episod Baru Ekonomi Dunia: Suku Bunga Naik sampai <i>Hyperinflation</i>
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan pandangannya terkait dengan gejolak perekonomian yang sedang melanda hampir seluruh negara dunia.

Menurut dia, kondisi saat ini yang cenderung masih dalam tekanan COVID-19 harus dipaksa menghadapi ketidakpastian yang berlanjut akibat krisis perang di Eropa Timur.

Demikian yang disampaikan Ketua OJK saat berbicara dengan para direktur utama di sektor jasa keuangan terkait penerapan market conduct hari ini.

“Perekonomian dunia tengah menghadapi episode baru terkait dengan normalisasi kebijakan fiskal dan moneter,” ujarnya melalui saluran virtual, Kamis, 7 Juli.

Wimboh menjelaskan, langkah bank sentral menyesuaikan tingkat rate interest ditandai oleh langkah The Federal Reserve alias The Fed yang mengerek suku bunga menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

“Kita melihat The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) menjadi 1,5 persen sampai dengan 1,75 persen,” tuturnya.

Hal tersebut kemudian turut memberikan andil tersendiri terhadap pergerakan level inflasi di sejumlah negara yang memang sudah berada di level tinggi.

Malahan, bos OJK itu mengungkapkan, jika beberapa negara mengalami inflasi dengan tingkat yang cukup mengkhawatirkan.

“Terganggunya global supply chain (rantai pasok dunia) akibat konflik Rusia dan Ukraina turut memberi dampak pada hyperinflation di beberapa negara seperti Turki yang inflasinya mencapai 78,6 persen dan Argentina sebesar 58 persen,” jelas dia.

Situasi ini pun akhirnya memiliki efek rambatan ke Indonesia. Wimboh menyebut bahwa inflasi RI pada periode Juni 2022 yang berada pada level 4,35 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi salah satu bukti dari gangguan rantai pasok.

“Inflasi di bulan lalu menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017. Belum lagi PMI Manufaktur Indonesia per Juni 2022 juga turun ke level 50,2 dari Mei 2022 yang sebesar 50,8. Walaupun begitu, kita masih tetap berada di zona ekspansi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Wimboh menerangkan sektor keuangan sendiri berada dalam status stabil, terjaga dan dalam tren yang positif. Katanya, per 21 April 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level tertinggi di level 7.276,19 dan kemudian terkoreksi per 6 Juli 2022 di level 6.646 yang disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian global dan normalisasi kebijakan fiskal dan moneter di US.

“Kredit perbankan kita tumbuh sebesar 9,03 persen dengan rasio kecukupan modal per Mei 2022 meningkat ke level 24,7. Sektor asuransi umum juga mencatatkan pertumbuhan premi 15,1 persen dan premi asuransi jiwa tumbuh 4,1 persen,” ucap dia.

“Meskipun kondisi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia berada dalam tren pertumbuhan, potensi spillover (efek limpahan) kepada sektor keuangan masih harus terus diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng karena ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut terutama konflik Rusia dan Ukraina yang masih belum jelas kapan berakhirnya,” tutup Ketua OJK Wimboh Santoso.