Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Fatchuddin Rosyidi mengatakan saat ini semua pabrik gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus direvitalisasi, karena semua masih teknologi zaman Belanda.

"Semua pabrik gula BUMN itu harus direvitalisasi, karena semua masih zaman Belanda, tidak pernah ada pabrik baru," kata Rosyidi dikutip dari Antara, Kamis 23 Juni.

Menurut dia, dengan adanya revitalisasi pabrik, terutama teknologinya, diharapkan bisa meningkatkan rendemen dan produksi gula dalam negeri.

Namun, lanjut Rosyidi, ketika pabrik gula milik BUMN itu tidak ada pembaruan atau revitalisasi mesin, maka dipastikan petani tebu akan semakin berkurang.

Hal itu terjadi di Jawa Barat, di mana dari delapan pabrik gula semua masih menggunakan mesin zaman Belanda, sehingga membuat produksi menurun dan petani pun enggan menanam tebu.

Bahkan lanjut Rosyidi, saat ini pabrik gula di Jawa Barat yang beroperasi tinggal dua dan juga belum ada revitalisasi, sehingga bila dibandingkan dengan daerah lainnya, Jawa Barat sangat tertinggal.

"Minimal revitalisasi teknologi, kalau bangunan tidak masalah. Di Jawa Barat lahan banyak, kalau ada satu pabrik yang rendemen bisa 8 Insya Allah yang biasa menanam jagung pindah ke tebu," ujarnya.

Ia menambahkan, ketika pabrik gula masih tidak revitalisasi, maka petani enggan menanam tebu karena dipastikan akan merugi.

Dengan adanya hal itu, maka swasembada gula yang telah dicanangkan pada tahun 2025 tidak bisa berjalan.

"Menanam tebu itu gampang, namun ketika pabrik gula masih tidak menggunakan mesin modern, tidak ada petani yang mau. Jadi cita-cita swasembada gula masih sangat jauh," katanya.