Incar Dana Rp884,6 Miliar untuk Bisnis Nikel, Perusahaan Jasa Konstruksi Tambang Hilcon IPO Mulai Rp250 per Saham
Foto: Dok. Hilcon

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan jasa konstruksi pertambangan PT Hillcon Tbk berencana menggelar penawaran umum perdana (intial public of fering/IPO) kepada publik sebanyak 2,21 miliar saham. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut mencapai 15 persen dari modal disetor Hillcon setelah IPO saham.

Direktur Utama Hillcon, Hersan Qiu mengemukakan, IPO ini didahului dengan penawaran awal pada 15-29 Juni 2022. “Kami telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Sucor Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi bersama,” katanya dalam keterangan yang dikutip Kamis 16 Juni.

Hersan mengemukakan, harga perdana Hillcon antara Rp250-400 per saham. “Dari IPO saham, Perusahaan di bidang aktivitas holding, konsultasi manajemen serta jasa pertambangan dan konstruksi ini akan memperoleh tambahan modal maksimal Rp884,6 miliar," kata Hersan.

Menurut Hersan, sebesar 55 persen dana IPO saham akan digunakan untuk modal kerja PT Hillconjaya Sakti (HS). Sisanya 45 persen akan digunakan untuk belanja modal, yaitu pembelian alat-alat guna mendukung kegiatan operasional HS.

Saham Hillcon bernominal Rp20 per unit ini akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di BEI pada 20 Juli 2022. "Kami berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat menerbitkan pernyataan efektif untuk IPO Hillcon ini pada 12 Juli 2022," katanya.

Hersan mengemukakan, Hillcon berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp1,98 triliun pada 2021, meningkat sebesar 94 persen, dari Rp1,02triliun pada 2020. Laba kotor Hillcon melesat 138,69 persen, dari Rp341,07 miliar pada 2020 menjadi Rp814,12 miliar pada 2021.

Hillcon membukukan laba bersih Rp404,3 miliar pada 2021, melambung 365,48 persen, dari Rp86,86 miliar pada 2020. "Majin laba bersih Perseroan tumbuh menjadi 20 persen pada 2021, dari 9 persen pada 2020," katanya.

Sementara total aset Hillcon meningkat 87,96 persen, dari Rp1,28 triliun pada 2020 menjadi Rp2,4 triliun pada 2021. Sementara total liabilitas bertambah 52,11 persen, dari Rp1,19 triliun menjadi Rp1,8 triliun. Adapun total ekuitas Hillcon melambung sebesar 552,17 persen menjadi Rp600 miliar pada 2021, dari Rp92 miliar pada 2020.

Hersan menambahkan, rencana IPO Hillcon ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan bisnis, menciptakan nilai yang optimal bagi perusahaan dan stakeholder serta demi mewujudkan ekosistem industri nikel indonesia dan global.

Hersan berharap, Hillcon mampu menarik investor untuk menginvestasikan dana di Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja. “Hillcon memiliki potensi pertumbuhan yang baik seiring dengan perkembangan teknologi. Semoga langkah ini memantapkan langkah Hillcon menjadi pemain industri nikel,” ungkap Hersan.

Kedepannya, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel yang lengkap. Ini seiring pertumbuhan penjualan mobil listrik dan peningkatan konsumsi nikel metal industri baterai. Ekosistem ini didukung oleh produsen nikel dalam negeri. “Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia,” katanya.

Hersan menjelaskan, penjualan industri mobil listrik tumbuh dua kali lipat pada 2021 mencapai 6,4 juta unit. Pertumbuhan mobil listrik diperkirakan mencapai 38 juta unit pada 2030, atau sebesar 40 persen dari total penjualan mobil dunia.

Konsumsi mobil listrik yang pesat akan menjadi kunci pertumbuhan konsumsi nikel pada dekade ini. Nikel dipakai oleh Baterai Mobil Listrik karena memberikan jarak tempuh yang panjang jika dibandingkan dengan baterai lain.

Menurut Hersan, investasi oleh Industri Baterai Mobil Listrik saat ini difokuskan pada baterai berbasis Nikel melalui perusahaan seperti CATL, LG Energy Solution, Tesla. “Konsumsi nikel untuk Mobil Listrik diperkirakan mencapai 1,1 juta ton pada 2030 jika dibandingkan dengan 200 ribu ton pada 2022,” katanya.

Hersan menuturkan, konsumsi nikel dunia naik 17,2 persen pada 2021 menjadi 2,8 juta ton dibandingkan 2020 yang tumbuh hanya 0,6 persen. Sebanyak 1,96 juta ton nickel metal (69 persen) dikomsumsi oleh Industri Baja Stainless.

Konsumsi nickel metal industri baterai naik 80 persen pada 2021 menjadi 360.000 ton, mayoritas datang dari industri mobil listrik. Konsumsi nikel diperkirakan tumbuh hampir dua kali lipat menjadi 4,8 juta ton pada 2030 dibandingkan 2,8 juta ton pada 2021.

Hersan memperkirakan, konsumsi industri baja stainless akan tumbuh 38 persen pada 2030 menjadi 2,7 juta ton, dari 1,96 juta ton pada 2021. Industri baterai, dipimpin oleh baterai mobil listrik, diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat menjadi 1,4 juta ton pada 2030, dibandingkan 360 ribu ton pada 2021.

Indonesia sebagai produsen nikel terbear dunia memiliki 950 ribu ton nickel metal pada 2021, atau sebesar 35 persen dari total produksi nikel dunia. Indonesia juga memiliki cadangan terbukti nikel terbesar di dunia. Indonesia memiliki 22 persen cadangan terbukti nikel (21 juta ton nickel metal). “Cadangan terkira sendiri menurut ESDM mencapai 41 juta ton nickel metal,” tutup Hersan.