Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa banyak negara yang telah menawarkan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kepada Indonesia. Meski begitu, Syahrul memilih untuk memproduksi vaksin sendiri.

"Yang kami jamin, tidak ada jual-jual vaksin dari luar karena sudah banyak yang nawarin, kayak COVID-19 kemarin. Kita bilang tidak, kita bisa buat kok," katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR, Senin, 23 Mei.

Syahrul mengatakan sejak era sebelum 1990-an Indonesia telah memproduksi vaksin PMK secara mandiri. Dengan pengalaman itu, kata Syahrul, penyediaan vaksin tidak menjadi mengalami hambatan. Apalagi, Kementan telah menemukan serotipe virus PMK di Indonesia dengan kode O/ME-SA/Ind-2001/e.

Namun, diakui Syahrul, ada kendala yang dihadapi untuk pembuatan vaksin PMK yakni keterbatasan kapasitas produksi. Meski begitu, menurut Syahrul, hal tersebut tidak menjadi halangan.

"Memang ada teknis-teknis yang terbatas, kita akan cari anggaran lagi untuk itu," jelasnya.

Syahrul mengatakan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya sedang berkonsentrasi dalam pembuatan vaksin untuk virus PMK. Kata dia, ketika vaksin siap maka vaksinasi massal siap dilakukan.

"Pusvetma buat vaksin ditargetkan selesai 4 bulan atau sebelum Agustus 2022. Selanjutnya akan dilakukan vaksinasi massal oleh populasi ternak yang berpotensi kena PMK," katanya.

Menurut Syahrul, pemerintah memang sangat berhati-hati dalam menentukan sikap maupun respon dalam penanganan wabah PMK. Sebab, respons yang dikeluarkan pasti akan berdampak besar bagi kelanjutan usaha ternak di Indonesia.

Karena itu, Syahrul meminta Komisi IV DPR sebagai mitra kerja Kementerian Pertanian untuk memberikan waktu untuk mengatasi wabah PMK. Ia meyakini Indonesia akan berhasil menangani wabah tersebut.

"Sekali lagi karena ini virus kita harus waspadai pengembangannya sangat cepat. Kasih saya kesempatan, saya dikawal saja, mudah-mudahan ini kali seperti yang selama ini ada. Saya bisa buktikan kita bisa kendalikan ini walaupun ini cukup berbahaya, sekali lagi cukup berbahaya," ucapnya.