JAKARTA - Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, pengembangan kawasan industri manufaktur bisa mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Di samping menyerap tenaga kerja, modal capital, dan teknologi dan seterusnya, perluasan kawasan industri harus juga memperhatikan bagaimana industri-industri manufaktur yang didorong habis-habisan agar perkembangannya jauh lebih baik secara komposisi produk domestik bruto (PDB)," ucap Sugeng dalam RDP Komisi VII DPR RI dengan Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian dan Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (Dirjen KPAII) di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Kamis 19 Mei.
BACA JUGA:
Sugeng merasa bersyukur cadangan devisa Indonesia selama enam bulan terakhir meningkat.
Namun,secara proporsi komposisi komoditas, perindustrian dinilai belum naik secara masif.
Di sisi lain, dalam sejumlah catatan yang ia terima, sektor industri manufaktur menurun dalam komposisi produk domestik bruto (PDB).
“Betapa rentannya, ekspor komoditas itu cadangan devisa yang sempat menyentuh 141 miliar dolar AS, dalam dua minggu anjlok sekitar 3 miliar dolar AS gara-gara pemerintah melarang ekspor crude palm oil (CPO). Ini kan juga menjadi bagaimana secara proporsional saja bahwa komoditas mendominasi itu juga ada titik rawannya,” kata dia.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR RI Nurhasan Zaidi menekankan, negara harus hadir dengan lebih cepat merespons perkembangan dan tumbuhnya industri yang semakin hari semakin cepat.
Menurutnya, pertumbuhan industri kini tumbuh luar biasa cepat, sehingga negara harus mampu mengimbangi agar tidak terlambat dalam mengantisipasinya.
"Tentunya era industri luar biasa tumbuhnya. Industri kan sering kali tumbuh lebih cepat dari apa yang kita desain, sehingga ya memang orang dagang, orang bisnis cepet banget mikirnya. Belum kita atur regulasinya, mereka sudah lebih cepat. Itu namanya juga orang bisnis, (kalau) bukan orang bisnis ya terlambat mengantisipasinya," ujarnya.
Nurhasan menambahkan, salah satu tantangan dalam menghadapi perkembangan industri kini adalah adanya transisi dari era pertanian ke industri.
Transisi ini, lanjutnya, telah memengaruhi perubahan gaya hidup suatu daerah.
Untuk itu, tidak hanya dibutuhkan perencanaan yang matang dalam menghadapi transisi tersebut, namun implementasi dan sinergitas yang baik dengan perusahaan dan pemerintah daerah.
"Kadang-kadang para perusahaan industri di kawasan itu juga susah diajak sinergi, mau dewe-nya aja pak. Jadi bapak (Kepala BSKJI dan Dirjen KPAII) di atas kertas bagus, tapi implementasinya belum, belum lagi persoalan kawasan industri yang kawasan hijau lah, bapak bilang industri hijau, tapi nyatanya semau-maunya juga pak, urusan-urusan seperti persoalan perizinan, persoalan limbah, persoalan apa ini siapa yang mengendalikan, nah itu persoalan lain," pungkasnya.