Bagikan:

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) mempertanyakan laporan keuangan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) periode kuartal I 2022. Pasalnya, Bukalapak membukukan keuntungan yang belum terealisasi dari investasi sebesar Rp13,49 triliun melalui investasi di bank milik konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).

Corporate Secretary Bukalapak Perdana A. Saputro menjelaskan, kepemilikan perseroan atas investasi pada saham tercatat di bursa kurang dari 20 persen dan tidak memiliki pengaruh signifikan. Karena hal tersebut, perseroan mengakui dan menyajikan investasi tersebut sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi (PSAK) 71/IFRS 9, yang disajikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan disajikan sebagai jangka pendek sesuai PSAK 1/IFRS 1.

"Pengukuran nilai wajar menggunakan level 1 sesuai PSAK 68/IFRS 13," ucap Perdana dalam keterbukaan informasi di laman BEI, dikutip Kamis 12 Mei.

Dia melanjutkan, setelah pengakuan awal, perseroan mengukur aset keuangan yang dapat diperdagangkan dan tercatat di bursa dengan nilai wajar melalui laba rugi (FVPL) perseroan sesuai dengan PSAK 71/ IFRS 9 paragraf 5.7.1.

Lebih lanjut, hanya terdapat periode lock-up pada investasi perseroan di Allo Bank. Akan tetapi, lanjutnya, keberadaan lock-up tidak mengubah penyajian laba yang belum terealisasi dalam laporan keuangan perseroan yang telah dilakukan sesuai dengan PSAK 71/ IFRS 9.

Perdana pun menegaskan pihaknya tidak memiliki pengaruh signifikan atas Allo Bank yang tercatat di bursa. Sebagaimana diketahui, BUKA melaporkan membukukan laba bersih Rp14,54 triliun pada kuartal I 2022 berkat investasinya di AlloBank.

Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja kuartal I 2021 yang masih mencatatkan rugi Rp324 miliar. Adapun BUKA mengumumkan melakukan investasi di BBHI pada Januari 2022.

Saat itu perusahaan mengumumkan masuk melalui skema rights issue dengan kucuran dana Rp1,19 triliun atau setara Rp478 per lembar.