Kredit BRI ke Segmen Kecil dan Menengah Tembus Rp21 Triliun dalam Tiga Bulan, Sinyal Perekonomian Kembali Bergairah?
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) menginformasikan penyaluran kredit untuk segmen kecil dan menengah mengalami pertumbuhan positif pada kuartal I 2022 dengan catatan Rp21,3 triliun kepada 46.306 nasabah.

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto mengatakan, torehan itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama 2021 sebesar Rp16,5 triliun dan disalurkan kepada 33.269 nasabah.

“Ini jelas mengindikasikan geliat ekonomi semakin bergairah pada tahun pemulihan 2022,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Sabtu, 7 Mei.

Menurut Amam, capaian pada awal tahun ini menunjukan penyaluran kredit segmen kecil dan menengah sudah kembali ke masa sebelum pandemi COVID-19 melanda. Sedangkan pada kuartal I 2020, di mana pada tahun tersebut ekonomi benar-benar didera pandemi, penyaluran kredit di segmen serupa hanya sekitar Rp13,1 triliun dengan 23.581 nasabah.

“Tentunya ini sebuah sinyal perekonomian di daerah maupun kota itu akan kembali bergairah. Dan kita akan melihat bahwa pergerakannya akan lebih cepat lagi karena faktanya saat ini usaha kecil dan menengah sudah mulai bangkit, bahkan lebih baik dibandingkan masa-masa awal pandemi kemarin,” tuturnya.

Lebih lanjut, Amam semakin optimistis ekonomi kian bergairah lantaran mayoritas kredit diserap sektor-sektor produktif. Selain itu, permintaan kredit meningkat tidak hanya di kota besar tapi juga di daerah-daerah.

Sebagai informasi, sektor-sektor yang berhubungan dengan kebutuhan pokok seperti perdagangan mendominasi penyaluran kredit BRI di segmen kecil dan menengah ini yang persentasenya mencapai 61 persen.

Kemudian disusul sektor pertanian sampai dengan 12 persen, padat karya industri perumahan serapannya mencapai 7 persen dari total portofolio yang perseroan salurkan selama periode triwulan I 2022.

Di sisi lain, daya tahan nasabah pinjaman di segmen kecil dan menengah menurutnya kian menguat. Dia menyebut puncak masa sulit akibat krisis ekonomi terjadi pada Desember 2020. Saat itu sekitar 47,38 persen portofolio kredit di segmen bisnis kecil dan menengah BRI harus direstrukturisasi.

“Angka ini juga sudah mulai turun, terus turun drastis, sekarang tinggal 36,19 persen yang menunjukkan kemampuan membayar kredit yang telah menjadi kewajiban mereka sesuai dengan bunga yang kita miliki,” tutup dia.