Bagikan:

JAKARTA – Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) menyatakan bahwa Indonesia berhasil meningkatkan outlook ekonomi dengan mempertahankan level BBB sebagai kategori investment grade.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pengakuan ini merupakan indikasi kuat pemulihan ekonomi yang akan berlanjut selama dua tahun kedepan.

“Di tengah proses pemulihan ekonomi dan risiko global seperti konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan inflasi global, kita bersyukur setelah dua tahun akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Sabtu, 30 April.

Menurut Airlangga, entitas asing itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat menjadi 5,1 persen pada 2022 seiring pembukaan pembatasan ekonomi. Kemudian, S&P juga menilai bahwa UU Cipta Kerja diyakini bisa meningkatkan iklim bisnis dan investasi serta pertumbuhan potensi ekonomi.

“UU Cipta Kerja mengatur tarif pajak perusahaan yang lebih rendah dan kebijakan pasar tenaga kerja yang lebih fleksibel yang bermanfaat untuk dapat memastikan keberlanjutan ekonomi yang berkesinambungan di masa depan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Airlangga menyebut pula jika laju pemulihan Indonesia akan terakselerasi lebih lanjut tahun ini setelah tumbuh 3,7 persen pada 2021. Katanya, optimisme ini ditopang oleh keberhasilan penanganan COVID-19, cakupan vaksinasi yang luas, peningkatan herd immunity, dan pelonggaran pembatasan mobilitas.

“Selain itu, beberapa sektor juga mendapatkan manfaat dari peningkatan harga komoditas,” tegasnya.

Sebagai informasi, nilai ekspor pada Maret 2022 tercatat mencapai 26,50 miliar dolar AS dan nilai ini meningkat signifikan sebesar 29,42 persen secara bulanan atau sebesar 44,36 persen secara tahunan

Adapun, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 kembali mengalami surplus yang cukup besar yakni mencapai 4,53 miliar dolar AS.

“Peningkatan ekspor mendorong penguatan transaksi berjalan dan kinerja pendapatan yang lebih kuat membantu pemerintah mengkonsolidasikan posisi fiskal,” ucap dia.

“Ke depan pemerintah akan terus mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Rusia-Ukraina yang berdampak terhadap kenaikan harga dan inflasi dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” tutup Menko Airlangga.