Sejarah Malindo Air, Maskapai Milik Konglomerat Rusdi Kirana yang Lahir untuk 'Perang' di Langit ASEAN dan Kini Berganti Nama Jadi Batik Air Malaysia
Foto: Twitter @malindoair

Bagikan:

JAKARTA - Berita soal perubahan identitas Malindo Air menjadi Batik Air Malaysia seolah menjadi sinyal tersendiri kebangkitan industri penerbangan. Terlebih, usai menukik hebat akibat pandemi COVID-19.

Angin segar pelonggaran mobilitas menjadi pendorong sejumlah pelaku usaha untuk mengambil langkah ekspansi yang sudah tertunda di dua tahun terakhir. Indikasi ini pula yang terlihat dari strategi Malindo Air jelang tengah tahun.

Sejatinya, Malindo adalah salah satu maskapai raksasa di langit Asia Tenggara. Keberadaan maskapai ini cukup penting dalam industri penerbangan ASEAN. Lantas bagaimana sejarah Malindo Air bisa lahir?

Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi diketahui bahwa Malindo lahir untuk menantang hegemoni AirAsia yang dinilai cukup kuat merangsek ke berbagai negara di kawasan.

Maskapai ini merupakan hasil patungan antara Malaysia National Aerospace and Defence Industries dengan 51 persen modal dan Lion Air dari Indonesia sebesar 49 persen modal yang dibenamkan oleh konglomerat Rusdi Kirana. Adapun, nama Malindo berasal dari nama negara masing-masing: Malaysia dan Indonesia.

Pada awalnya Malindo Air direncanakan terbang pada 1 Mei 2013 di Kuala Lumpur. Akan tetapi, manajemen akhirnya memajukan tanggal peluncurannya menjadi pertengahan Maret 2013 dengan rute domestik. Dalam pelayanannya, Malindo Air hanya menyediakan kursi kelas ekonomi dan bisnis.

"Masuknya AirAsia dari Malaysia ke kandang Lion Air di Indonesia mendorong maskapai penerbangan ini untuk memasuki pasar Malaysia melalui anak perusahaanya. Kesepakatan ini menjadi perang antara Lion Air dan AirAsia, maskapai penerbangan berbiaya murah yang bersaing di pasar ASEAN, " kata sumber literatur kredibel yang dikutip VOI pada Sabtu, 30 April.

Malindo sendiri menyediakan fasilitas penerbangan berupa TV pribadi di setiap kursinya, makanan ringan dan makanan gratis, jangkauan kursi 32 inci untuk kelas ekonomi dan 45 inci untuk kelas bisnis. Kemudian, alokasi bagasi gratis 20 kg untuk kelas ekonomi dan 30 kg untuk kelas bisnis.

Di masa awal beroperasi, maskapai bentukan negara serumpu ini mengklaim bisa mengangkut lebih dari 100.000 penumpang di tahun pertama.

Malindo juga telah memperluas layanan turboprop paralel, dengan fokus terutama dalam penerbangan intra-semenanjung yang berbasis di Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah. Tujuan awal termasuk Penang, Johor Bahru dan Kota Bharu, penerbangan telah dimulai pada awal Juni 2013.