Krakatau Steel Berhasil Restrukturisasi Utang Rp35 Triliun, Silmy Karim: Tertinggi dalam Sejarah Perbankan Indonesia
Silmy Karim. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - PT Krakatau Steel Tbk melakukan restrukturisasi utang pada periode 2019-2020 sebesar 2,3 miliar dolar AS atau setara Rp35 triliun. Jumlah tersebut diklaim menjadi nilai utang tertinggi dalam restrukturisasi perbankan di Indonesia.

Hal ini dibenarkan oleh Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI sebagai mitra kerja, Senin, 11 April.

"Ini dari mulai penandatanganan master agreement atas utang Krakatau Steel yang saat itu besarnya 2,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp35 triliun yang saat itu adalah yang tertinggi restrukturisasi perbankan di Indonesia," kata Silmy.

Pada 2019, emiten dengan kode saham KRAS ini bersama anak usahanya melakukan perjanjian addendum dan pernyataan kembali untuk tujuan restrukturisasi.

Dimana, KRAS dan anak perusahaan melakukan restrukturisasi utang dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank ICBC Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank), PT Bank Central Asia Tbk.

Adapun anak perusahaan yang terlibat di antaranya PT Krakatau Wajatama, PT Meratus Jaya Iron & Steel, PT KHI Pipe Industries, dan PT Krakatau Engineering.

Dengan perjanjian kredit restrukturisasi, kata Silmy, maka perseroan akan mendapatkan relaksasi pembayaran utang. Sehingga beban keuangan menjadi berkurang dan tenor atau jangka waktu pelunasan pinjaman jadi lebih panjang.

Pada 2021 akhir, Silmy pun menegaskan berkomitmen perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang kepada kreditur. Pembayaran utang emiten yang jatuh tempo pada Desember tahun lalu ini pun dibayarkan melalui penjualan saham di subholding Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI).

Adapun manajemen mencatat ada dua bidder yang sudah memasukkan harga yakni dari Indonesia Investment Authority (INA) dan konsorsium Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Kemudian hasil penjualan saham Krakatau Sarana Infrastruktur ini dilakukan untuk penuhi kewajiban membayar utang modal kerja senilai 200 juta dolar AS atau setara Rp2,8 triliun yang berasal dari Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Dalam kesempatan tersebut, Silmy mengatakan KRAS telah memperoleh keuntungan dua tahun terakhir setelah 8 tahun mengalami kerugian. Nilai EBITDA mencapai nilai tertinggi.

"Revenue-nya 2,1 dolar AS di 2021 audited. EBITDA-nya juga 126 juta dolar AS dan keuntungannya 62 juta dolar AS. Kalau dirupiahkan 2,1 miliar dolar AS penjualan kita mencapai Rp31 triliun," ucapnya.