Anak Usaha KRAS, Meratus Jaya Iron & Steel Segera Dibubarkan, Dirut Krakatau Steel Silmy Karim Ungkap Alasannya
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, Silmy Karim mengatakan pihaknya akan segera melakukan likuidasi atau pembubaran PT Meratus Jaya Iron & Steel (MJIS). Langkah ini lantaran perusahaan tersebut dinilai tidak lagi efisien untuk dilanjutkan.

Adapun pembubaran salah satu anak usaha emiten berkode saham KRAS tersebut telah mendapat restu dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Silmy menjelaskan sebelum likuidasi dilakukan, pihaknya terlebih dahulu mencari mitra atau patner bisnis. Namun sayangnya, dia tidak menjelaskan lebih lanjut kaitan antara likuidasi MJIS dan upaya manajemen mencari mitra bisnis yang baru.

"Saat ini MJIS sudah mendapatkan persetujuan untuk dilikuidasi, tetapi sebelum likuidasi ini, dieksekusi, kami sedang mencari partner," kata Silmy dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin, 11 April.

Sekadar informasi, MJIS merupakan perusahaan patungan antara Krakatau Steel dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), Meratus Jaya Iron &. Perusahaan ini didirikan sejak 9 Juni 2008. Adapun perusahaan ini bergerak dalam bidang industri dan produk besi baja, perdagangan dan jasa berkaitan dengan besi baja.

MJIS berlokasi di Kalimantan Selatan dengan memanfaatkan sumber cadangan bijih besi lokal. Pada 2012, perusahaan pernah mengoperasikan satu unit pabrik besi (rotary kiln) dari rencana dua unit, dengan total kapasitas mencapai 315.000 ton direct reduced iron (DRI) per tahun.

Unit rotary kiln menghasilkan sponge iron yang diproses dari bijih besi lokal. Sedangkan pembangkit listrik telah memproduksi listrik dengan menggunakan bahan bakar gas dari unit pabrik rotary kiln. Ketika mencapai kapasitas penuh, listrik yang diproduksi sebesar 18 MW. Bekerja sama dengan PLN, kelebihan listrik ini akan didistribusikan ke masyarakat dan industri kecil di sekitarnya.

Namun, MJIS sempat mengalami kendala dalam pengoperasiaannya, berupa keterbatasan infrastruktur dan keterlambatan pengiriman barang, instalasi dan assembling peralatan. Karena ada komitmen dari dari kontraktor PT Krakatau Engineering dan pemegang saham, ANTM dan KRAS akhirnya kendala tersebut dapat diatasi.

"Tapi ini memang tidak bisa digunakan karena sudah tidak efisien dan juga lokasinya jauh dari produksi lanjutannya," katanya.

Dikutip dari situs Meratus Jaya, perusahaan ini beroperasi sejak 2008 dan sudah berhenti beroperasi karena turunnya harga bijih besi di pasar dunia. Sehingga, harga jualnya tidak kompetitif.

Perusahaan ini juga sempat bereproduksi selama kurang lebih 3 tahun dan telah dilakukan pengiriman perdana produk sponge iron (besi spon) sebanyak 5.000 metrik ton ke Krakatau Steel.

"Krakatau Steel sendiri kita sudah tidak pakai sponge iron," ucapnya.