JAKARTA - Pengamat Energi Mamit Setiawan mengingatkan pemerintah dalam hal ini PT Pertamina untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax tidak menyentuh level psikologis konsumen. Menurut Mamit, harga ideal BBM jenis tersebut dijual pada level harga Rp13.000.
"Menurut saya jangan sampai harga itu menyentuh level psikologis pengguna Pertamax. Jadi dalam artian kalau sudah menyentuh level Rp15.000 itu kan sudah cukup tinggi. Jadi saya mengusulkan idealnya di level Rp12.500 sampai Rp13.000," katanya kepada VOI, Kamis, 31 Maret.
Menurut Mamit, jika Pertamax menaikkan harga mengikuti harga keekonomian yang berada pada level Rp16.000 justru akan membuat konsumen Pertamax beralih ke bahan bakar minyak subsidi dalam hal ini Pertalite. Sementara, sebagai produk BBM subsidi, ada kuota yang ditetapkan pemerintah.
"Pertalite saat ini sudah menjadi JBKP (Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan) di mana saat ini sudah diberikan kuota. Nanti akan repot lagi kalau over kuota. Jadi saya kira idealnya adalah kita bermain di Rp12.000-an sampai Rp13.000 tidak sampai ke level keekonomian Rp15.000-Rp16.000," tuturnya.
Mamit mengatakan meskipun masih ada selisih harga Rp2.000 yang harus ditanggung Pertamina, namun setidaknya kenaikan harga Pertamax di level Rp13.000 sudah mengurangi beban Pertamina.
"Kenaikan harga Pertamax perlu sekali dilakukan. Pertamina tidak ada untung mereka rugi, walaupun masih ada selisih Rp2.000-an, tapi paling tidak sudah mengurangi beban kerugian mereka," jelasnya.
Harga Pertamax akan naik awal April
Sebelumnya diberitakan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberi sinyal bahwa Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax yang dijual Pertamina akan mengalami kenaikan harga dalam waktu dekat. Rencananya kenaikan harga akan terjadi pada awal April.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa kenaikan harga terjadi karena Pertamax bukan produk BBM yang disubsidi pemerintah. Meski begitu, kata Erick, pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan subsidi pada BBM jenis Pertalite. Sehingga, harga jual Pertalite tidak mengalami perubahan.
"Jadi kalau Pertamax naik, ya mohon maaf. Tapi Pertalite subsidi (harganya) tetap gitu. Nanti 1 April tunggu," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Hasanudin Makassar, dikutip Kamis, 31 Maret.
Kata Erick, negara harus merogoh kocek sangat dalam untuk memberikan subsidi BBM kepada masyarakat. Bahkan, jumlahnya mencapai triliunan rupiah. Termasuk juga untuk subsidi listrik bagi pelanggan 450 VA.
"Tapi itu lah kebijakan pemerintah di mana subsidi BBM mencapai puluhan triliun. Kemarin listrik 450 digratiskan bantuan sosial dan lain-lain. Jadi pemerintah hadir," jelasnya.