WASHINGTON - Presiden Bank Dunia, David Malpass, merasa perlu memperingatkan memperingatkan semua orang dan juga dari kalangan korporasi untuk tidak melakukan aksi penimbunan barang, misal makanan dan bensin, meskipun telah terjadi lonjakan harga yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina.
Dalam acara virtual yang diselenggarakan oleh surat kabar Washington Post, sebagaimana dilansir Antara, Senin, 14 Maret, Malpass mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh sejumlah pihak terhadap Rusia pasti akan membawa dampak yang lebih besar pada output ekonomi global, ketimbang perang itu sendiri.
Namun berdasarkan penilaian saat ini, Malpass mengaku belum akan mengantisipasi krisis yang mengakhiri pemulihan global dan mengurangi PDB global. Malpass memperkirakan adanya tanggapan yang kuat dari para produsen di seluruh dunia untuk meningkatkan pasokan sesuai kebutuhan, dan melihat tidak perlunya orang memiliki persediaan tambahan di dapur atau restoran mereka.
BACA JUGA:
Malpass juga mengantisipasi peningkatan besar dalam pasokan energi di luar Rusia dan makanan di luar Rusia dan Ukraina, yang akan mengurangi dampak lonjakan harga yang didorong oleh perang dan membantu mempertahankan pemulihan.
Menurut dia, pasokan energi dapat meningkat lebih cepat daripada pasokan makanan, mengingat penyesuaian pertanian biasanya memakan waktu sekitar satu tahun.
"Hal yang benar untuk dilakukan dalam keadaan saat ini adalah tidak keluar dan membeli tepung ekstra atau bensin ekstra, itu untuk mengakui bahwa dunia adalah ekonomi global yang dinamis dan akan merespons. Akan ada cukup untuk berkeliling," ujar Malpass.
Malpass menyebut bahwa Rusia memiliki keputusan yang sulit untuk dibuat terkait pembayaran utangnya di tengah sanksi Barat yang melumpuhkan aset valuta asingnya. Kementerian keuangan Rusia mengatakan pada Senin, 14 Maret, bahwa pihaknya siap untuk melakukan dua pembayaran obligasi dalam rubel, bukan dolar AS seiring dengan adanya sanksi pelarangan penggunaan dolar AS untuk setiap transaksi lintas negara Rusia.