Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan langkah normalisasi kebijakan yang dilakukan oleh negara maju harus melalui komunikasi, perencanaan dan kalibrasi yang baik agar tidak menimbulkan risiko terhadap pemulihan negara berkembang.

“Di negara maju yang mulai menormalisasi harus mengedepankan kata well calibrated, well planned dan well communicated,” katanya dalam Agenda Presidensi G20 Indonesia dikutip Antara, Sabtu 19 Februari.

Perry mencontohkan, rencana normalisasi kebijakan yang perlu dikalibrasi, direncanakan dan dikomunikasikan dengan baik adalah kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksi oleh Bank Indonesia sebanyak empat kali.

Rencana normalisasi kebijakan moneter tersebut perlu dikalibrasi, direncanakan dan dikomunikasikan dengan baik agar pasar dapat menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko bawaannya.

Perry menegaskan hal itu penting agar dampak dari rencana normalisasi kebijakan dapat diperhitungkan oleh pasar dan negara berkembang ke dalam pembuatan kebijakan moneter masing-masing negara.

Selain itu, dari sisi negara berkembang, Perry menuturkan perlu memperkuat ketangguhan fiskalnya untuk menahan dampak limpahan global dari rencana normalisasi negara-negara maju.

Ia menyebutkan terdapat beberapa langkah yang diimplementasikan oleh Indonesia untuk memperkuat ketahanan dari sisi eksternal yakni pertama adalah memiliki ekonomi makro yang sehat baik stabilitas keuangan fiskal dan moneter.

Kemudian juga, kebijakan moneter di Indonesia bersifat pre-emptive, forward looking dan extraordinary serta mendukung pertumbuhan ekonomi dengan koordinasi fiskal.

“Bagaimana kita melakukannya? Indonesia mengkalibrasi tiga instrumen kebijakan moneter yaitu stabilitas nilai tukar, likuiditas dan kebijakan suku bunga,” tegasnya.

+++

++