Bank Indonesia Ungkap Lima Tantangan Ekonomi Global 2022, Aset Kripto Masuk Radar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto: Tangkap layar Youtube BI)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa setidaknya terdapat lima tantangan utama perekonomian global pada 2022 di tengah optimisme pemulihan yang kini terus menguat.

“Muncul lima permasalahan baru yang perlu kita cermati. Pertama normalisasi kebijakan di negara maju dan ketidakpastian pasar keuangan global,” ujarnya saat berbicara di forum Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang disiarkan secara virtual, Rabu, 24 November.

Menurut Perry, situasi ketidakpastian yang berlanjut akibat pandemi COVID-19 hanya bisa diantisipasi melalui sejumlah persiapan yang baik.

“Kedua, dampak luka memar pandemi pada korporasi dan sistem keuangan,” tuturnya.

Sementera untuk tantangan ketiga, Perry menilai jika perkembangan alat tukar virtual menjadi fokus utama lain yang perlu dicermati.

“Ketiga, meluasnya sistem pembayaran digital antar negara dan risiko aset kripto,” tegas dia.

Sementara untuk dua hal terakhir, bos BI mengungkapkan bahwa ekses perkembangan ekonomi masa kini menjadi challenge tersendiri bagi perekonomian global di tahun depan.

“Keempat, tuntutan ekonomi keuangan hijau. Serta yang kelima adalah melebarnya kesenjangan untuk kemudian diperlukan inklusi ekonomi,” ucap dia.

Atas identifikasi tersebut, Bank Indonesia disebut Perry akan bekerja sama dengan pemerintah untuk memanfaatkan momentum kepemimpinan RI di G20 2022 guna berkontribusi dalam pemecahan masalah internasional.

“Kelima masalah global ini akan menjadi agenda prioritas Presidensi Indonesia di G20 tahun depan dengan tema Recover Together, Recover Stronger,” imbuhnya.

Secara umum, Perry memproyeksi jika arah pemulihan ekonomi global akan semakin merata sejalan dengan kemampuan banyak negara untuk mengendalikan pandemi.

“Pemulihan ekonomi 2022 akan menuju lebih seimbang seiring dengan meredanya COVID-19, pembukaan sektor ekonomi, dan stimulus kebijakan. Di negara maju, Eropa dan Jepang menyusul AS (yang mulai pulih). Di negara emerging, India dan ASEAN 5 juga menyusul Tiongkok. Volume perdagangan dunia meningkat, harga komoditas tinggi,” tutup Gubernur BI Perry Warjiyo.