JAKARTA - Saham PT Net Visi Media Tbk (NETV) alias NET TV sedang dalam pantauan Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya, saham televisi milik konglomerat Agus Lasmono Sudwikatmono ini bergerak di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).
Sejak resmi tercatat di BEI pada 26 Januari lalu, pergerakkan saham NETV memang terbilang atraktif. Sempat melesat 226,53 persen dalam 5 hari perdagangan dari harga perdana Rp196 menjadi Rp640, saham NETV mulai ramai dijual para investornya.
Alhasil, enam hari perdagangan berikutnya harga saham NETV anjlok 33,12 persen ke level Rp428.
Selanjutnya, NETV kembali naik 49,3 persen dalam dua hari perdagangan ke level Rp665, kemudian turun 1,5 persen ke level Rp655 pada 15 Februari. Adapun pada perdagangan Kamis 17 Februari, saham NETV anjlok 5,44 persen ke level Rp695.
Melihat pergerakkan itu, BEI menyatakan bahwa NETV berstatus UMA. Namun pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal.
"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham NETV tersebut, perlu kami sampaikan bahwa BEI sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," tulis surat tertanda Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy.
BACA JUGA:
Oleh karena itu BEI mengimbau para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban Net TV atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana corporate action Net TV apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Seperti diketahui, induk usaha lembaga penyiaran nasional NET, PT Net Visi Media Tbk (NETV), resmi tercatat di BEI pada Rabu 26 Januari. Dalam penawaran saham perdananya, emiten dengan kode saham NETV tersebut melepas sahamnya ke publik dengan harga Rp196 per saham.
NETV menawarkan sebanyak-banyaknya 765.306.100 saham barunya atau setara 4,37 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dari penawaran umum saham perdana tersebut, stasiun televisi yang berada di bawah naungan Indika Group milik konglomerat Agus Lasmono Sudwikatmono ini menargetkan perolehan dana pada masa penawaran awal (book building) sebesar Rp149,99 miliar.