JAKARTA - Pemerintah melalui Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk mempercepat realisasi pembentukan bullion bank sebagai tindak lanjut dari potensi ekonomi atas kehadiran smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur.
Menurut Airlangga, Indonesia mempunyai cadangan emas yang cukup besar. Bahkan, dia mengungkapkan jika aktivitas bisnis Freeport di tambang Papua merupakan lahan produksi terbesar di dunia. Belum lagi jika menengok kapasitas smelter Gresik diyakini mampu menghasilkan emas tidak kurang dari satu ton setiap pekan.
Untuk itu Airlangga berharap peluang ini dapat sesegera mungkin ditangkap sehingga bullion bank dapat memfasilitasi transaksi ekonomi dengan emas sebagai alat tukarnya.
“Bullion bank ini bisa menjadi peluang, dan kalau bisa terwujud maka kita tidak perlu lagi mengirim emas ke Singapura,” ujarnya melalui saluran daring saat berbicara di forum BRI Microfinance Outlook, Kamis, 10 Februari.
Airlangga menambahkan, perbankan konvensional seperti BRI bisa berperan dalam mewujudkan agenda penting ini. Pasalnya, dengan kapasitas perseroan sebagai bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, BRI diyakini memiliki keunggulan tersendiri.
BACA JUGA:
“Tentu ini pekerjaan rumah bagi BRI untuk menyambut time frame di 2023. Sehingga diharapkan bisa segera menyusun regulasi dan dan kemampuan yang sesuai,” tuturnya.
Sebagai informasi, Indonesia dikenal sebagai negara terbesar ketujuh dalam produksi emas dengan rata-rata output sekitar 130 ton pertahun. Pada kawasan Grasberg di Papua, cadangan logam mulia ini dipercaya bisa menyampai besaran 30,2 juta ounce.
Meski kandungan emas RI sangat banyak namun tingkat keterserapan di pasar dalam negeri tergolong masih rendah, yakni hanya berkisar di angka 172.000 ounce pertahun.
Adapun, bullion bank nantinya bisa dioptimalkan untuk berbagai aktivitas produktif, seperti sumber pembiayaan industri, diversifikasi produk bagi bank, hingga penghematan devisa.