Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Penerbangan Alvin Lie menjelaskan tidak ada masalah kalau industri penerbangan Tanah Air hanya diisi oleh perusahaan swasta. Dia juga menekankan tidak ada keharusan adanya airlines dari pelat merah pada ekosistem industri penerbangan.

Menurut dia, ada beberapa negara di dunia yang menjadi contohnya industri penerbangannya hanya diisi swasta. Salah satunya, Korea Selatan.

"Tidak wajib ada airlines BUMN. Banyak negara termasuk Amerika Serikat dan Korea Selatan tidak punya airlines BUMN. Tidak ada masalah diisi swasta semua," katanya saat dihubungi VOI, Kamis, 27 Januari.

Menurut Alvin, selama ada keseimbangan dan persaingan yang sehat, maka industri penebangan di suatu negara tetap bisa berjalan meskipun tidak ada airlines pelat merah.

"Kan ada otoritas penerbangan atau Kemenhub sebagai regulator yang membuat kebijakan tentang penyediaan layanan transportasi udara untuk memenuhi kebutuhan.. Yang penting ada keseimbangan kekuatan dan persaingan sehat," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mewanti-wanti terjadinya monopoli penerbangan nasional oleh industri penerbangan dalam negeri, jika permasalahan Garuda Indonesia tidak diselesaikan.

Menurut Erick, proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang sedang berjalan menjadi kunci untuk mencegah monopoli di industri penerbangan.

Seperti diketahui, saat ini, proses restrukturisasi dan negosiasi utang emiten pelat merah sebesar Rp189 triliun melalui skema PKPU masih berjalan.

"Nah sama, kasus Garuda adalah kasus yang sudah lama juga, tetapi permasalahannya kita rela enggak kalau Garuda ini tidak diselesaikan, akhirnya ada monopoli penerbangan nasional," ujar Erick saat ditemui di kawasan Universitas Atma Jaya Jakarta, Rabu, 26 Januari.

Menurut Erick, monopoli oleh salah satu perusahaan penerbangan nasional akan berdampak pada sejumlah sektor bisnis. Di mana, tidak sektor pariwisata tidak bisa berkembang hingga tidak ada tempat baru bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"(Monopoli penerbangan) yang akhirnya tiketnya jadi mahal. Kalau tiketnya jadi mahal, berarti industri pariwisata tidak berkembang, kalau industri pariwisata tidak berkembang, UMKM juga tidak punya tempat untuk penghasilan baru," ucapnya.