JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan keinginannya ke depan Indonesia tidak lagi melakukan impor kebutuhan pangan. Menurut dia, sebagai negara agraris seharusnya Indonesia memang tidak melakukan impor.
Buwas, sapaan akrabnya mengatakan bahwa Indonesia bisa mencukupi kebutuhan pangan dari penyerapan para petani. Namun, Buwas mengatakan impor dapat diputuskan jika dalam kondisi terdesak. Seperti misalnya adanya kebutuhan pangan karena kondisi bencana alam.
"Next, tidak lagi ke depan bicara impor. Harusnya impor pangan itu alergi. Karena apa? Negara agraris kok impor. Kecuali bencana alam, seperti sekarang ada El Nino, itu di luar dugaan kita," katanya dalam konferensi pers, di Kantor Bulog, Jakarta, Selasa, 28 Desember.
Buwas mengatakan impor dalam kondisi terdesak pun harus sesuai dengan kebutuhan. Artinya, bukan impor secara besar-besaran yang justru malah merugikan.
"Apa boleh buat (kalau ada bencana alam). Kalau harus impor ya impor. Tetapi impor sesuai dengan kebutuhan. Bukan impor kerugian jadi perdagangan," jelasnya.
Lebih lanjut, Buwas mengaku juga belum mendapatkan arahan untuk mengambil kebijakan impor untuk kebutuhan di 2022. "Kalau ke depan, penugasan kita mau impor atau tidak sampai hari ini enggak ada impor apapun. Bulog tidak ada penugasan sampai hari ini untuk tahun depan. Termasuk jagung," ucapnya
Buwas mengatakan sampai dengan penghujung tahun 2021, Bulog konsisten melaksanakan tugasnya mengamankan harga gabah beras di tingkat petani dengan menyerap beras petani mencapai 1,2 juta ton. Dengan begitu, Bulog memastikan tahun ini tidak ada kebutuhan mendatangkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dari luar negeri.
"Penyerapan beras dalam negeri ini sangat membantu petani Indonesia yang kesulitan menjual beras mereka selama pandemi COVID-19 dan juga mempertahankan prestasi pemerintah untuk tidak impor beras selama 3 tahun terakhir," katanya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kata Buwas, prakiraan produksi beras nasional pada Triwulan I tahun 2022 adalah sebesar 11,61 juta ton. Menurut dia, Bulog selalu siap untuk menyerap kembali produksi tersebut untuk menjaga stabilitas harga di tingkat petani.
BACA JUGA:
"Selain untuk memupuk stok sebagai cadangan beras pemerintah, kegiatan penyerapan gabah/beras petani dalam negeri ini juga menggerakkan perekonomian di tingkat petani sehingga dapat memulihkan roda perekonomian sesuai dengan arahan Bapak Presiden Jokowi selama pandemi COVID-19 ini," tuturnya.
Sepanjang 2021, Bulog juga berperan penting dalam menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen dengan melaksanakan operasi pasar yang sekarang bernama KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga). Hingga saat ini Bulog telah menyalurkan beras KPSH mencapai hampir 700 ribu ton dengan melibatkan berbagai stakeholder.
Kemudian, untuk meringankan beban pengeluaran kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat akibat Pandemi COVID-19. Pemerintah melalui Kementerian Sosial dan Perum Bulog pada tahun ini juga sukses menyalurkan Bantuan Beras PPKM (BB-PPKM) dilakukan dengan tuntas 100 persen kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sebanyak total 28,8 juta KPM di seluruh Indonesia.
Kemudian, lanjut Buwas, di tahun kedua masa pandemi ini juga dan sebagai bentuk komitmen nyata perusahaan yang menciptakan nilai bersama bagi masyarakat Bulog sudah menggelontorkan beras fortivit kepada 7 provinsi untuk 2.150 balita guna mendukung program pemerintah menurunkan prevalensi stunting (anak pendek).
Buwas mengatakan Bulog juga cepat tanggap terhadap bencana nasional yang terjadi dengan menyalurkan Beras Tanggap Darurat sebanyak 8.500 ton sepanjang 2021.