Bagikan:

JAKARTA - PT Krakatau Steel Persero (Tbk) melakukan serangkaian upaya untuk mengatasi persoalan utang yang sedang dihadapi perusahaan. Setidaknya ada tiga pilar utama yang dilakukan manajemen untuk menghindari jerat kebangkrutan di bulan ini.

Seperti diketahui, Krakatau Steel disebut kemungkinan bakal bangkrut dalam waktu dekat ini. Kebangkrutan tersebut bisa saja terjadi jika langkah-langkah restrukturisasi yang diambil Kementerian BUMN untuk menyelesaikan masalah emiten berkode saham KRAS ini gagal menemui hasil. Hal tersebut diungkap Menteri BUMN Erick Thohir.

Direktur Komersial Krakatau Steel, Melati sarmita mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan beragam transformasi untuk bangkit dari permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan. Salah satunya adalah restrukturisasi perusahaan.

"Memang pada awalan itu di 2019 kita melakukan yang namanya transformasi bangkit, Krakatau Bangkit. Itu berdasarkan tiga pilar kunci utama yang kita mulai jalankan dari 2019 dengan target penyelesaian utang di 2027 yang fokus pada pertama itu restrukturisasi perusahaan sendiri, turnaround bisnis, kemudian pemberdayaan sumber daya manusia (SDM)," katanya dalam diskusi virtual, Senin, 13 Desember.

Lebih lanjut, Melati mengatakan bahwa dalam restrukturisasi perusahaan yang dilakukan pertama kali adalah restrukturisasi utang perusahaan. Restrukturisasi utang itu juga dilakukan untuk mengurangi utang yang tidak sehat dan pembayaran bunga.

"Untuk yang restrukturisasi perusahaan pada transformasi bangkit itu, kita fokus kepada restrukturisasi utang. Kemudian kita memperbaiki strategi core steel kita. Jadi kita memastikan melakukan partnership dengan partner-partner strategis untuk membangun 10 juta ton baja di Cilegon dengan harapan 2030 itu kita sudah punya 10 juta ton di Cilegon," ucapnya.

Kemudian, lanjut Melati adalah bisnis penunjang. Ia mengatakan bahwa bisnis penunjang bisa untuk penguatan dan pengembangan bisnis penunjang anak perusahaan sebagai sustainable revenue generator.

"Untuk bisnis penunjang sendiri, kami mulai melakukan penguatan-penguatan dan pengembangan-pengembangan bisnis penunjang anak, sehingga anak-anak perusahaan itu bisa menjadi sustainable revenue generator untuk Krakatau Steel secara group," tuturnya.

Pilar kedua yakni turnaround bisnis. Melati mengatakan bahwa pihaknya melakukan berbagai hal, pertama adalah efisiensi biaya dengan mengurangi biaya operasional untuk mencapai profitabilitas.

"Jadi kita mengurangi biaya operasional untuk mencapai profitabilitas dengan memakai benchmark international. Jadi memang efisiensi biaya itu kita pakai dengan benchmark pada waktu itu bisnis baja di Korea dan Jepang," ucapnya.

Kemudian, lanjut Melati, dari sisi marketing dan sales yaitu meningkatkan volume penjualan melalui key account management dan program distributor.

"Kita juga melakukan general bisnis sisi perencanaan penjualan dan operasi dengan mengurangi lead time konsumen dan meningkatkan service level," jelasnya.

Selanjutnya, kata Melati, pihaknya juga melakukan digitalisasi untuk memperbaiki proses bisnis sehingga menjadi sangat efisien, transparan, cepat dan terukur.

"Hasilnya itu cepat dan terukur ini yang paling penting. Jadi memang KPI-KPI itu harus tepat dan terukur. Terutama memang pada saat gitu kita memang pada masa periode cashflow kita sangat limited," ucapnya.

Tak hanya itu, Melati menjelaskan bahwa pihaknya juga melakukan hilirisasi produk. Kata dia, produk hilirisasi menjadi andalan KRAS untuk ke depannya terutama untuk penguatan industri baja.

"Karena kita yakin hilirisasi produk ini harus dilakukan untuk penguatan varian produk yang ada di dalam pasar domestik untuk dapat menghindari impor-impor dari produk jadi dari luar negeri," jelasnya.

Terakhir adalah pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Melatih menjelaskan bahwa pihaknya membentuk transformation office untuk memantau progres dan mendorong munculnya ide-ide baru. Kata Melati, transformation office diisi oleh 23 anak muda yang dididik dan di training supaya bisa menjadi agen perubahan.

"Jadi memang change agent ini sangat salah satu tolak ukur sebenarnya keberhasilan dari sebuah transformasi. Alhamdulillah setelah beberapa tahun tim transformation office ini memperlihatkan kinerja sangat bagus. Bahkan beberapa dari mereka sekarang sudah menjadi GM dari Krakatau Steel," tuturnya.