Erick Thohir Sebut Krakatau Steel Bakal Bangkrut, Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima: Saya Kaget, Nanti Banyak Dampak Negatifnya
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Krakatau Steel disebut kemungkinan bakal bangkrut dalam waktu dekat ini. Kebangkrutan tersebut bisa saja terjadi jika langkah-langkah restrukturisasi yang diambil Kementerian BUMN untuk menyelesaikan masalah emiten berkode saham KRAS ini gagal menemui hasil. Hal tersebut diungkap Menteri BUMN Erick Thohir.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi VI Aria Bima mengaku kaget dengan pernyataan Erick Thohir. Menurut dia, KRAS masih memiliki harapan untuk bisa tumbuh positif.

Lebih lanjut, Aria juga meminta agar himpunan bank negara (Himbara) untuk berpikir panjang jika ingin membuat perusahaan baja pelat merah ini bangkrut.

"Pernyataan menteri BUMN bahwa PT Krakatau Steel akan bangkrut di akhir tahun ini menjadi viral dan menghangatkan situasi harus ditanggapi secara berhati-hati, saya pun juga ikut kaget. Bank Himbara Harus berpikir panjang untuk membangkrutkan Krakatau Steel yang masih mempunyai harapan, masih positif," tuturnya dalam diskusi virtual, Senin, 13 Desember.

Aria mengatakan bahwa akan banyak dampak negatif jika KRAS dibangkitkan dibanding dampak positif. Meski begitu, Aria tidak menjelaskan lebih rinci apa saja dampak negatif yang dimaksud.

"Karena akan banyak dampak negatifnya dibandingkan dampak positif jika Krakatau Steel tiba-tiba dibangkrutkan, biayanya sangat mahal," ucapnya.

Krakatau steel terancam bangkrut

Sebelumnya, Erick mengungkapkan bahwa Krakatau Steel kemungkinan akan bangkrut dalam waktu dekat ini. Kebangkrutan tersebut bisa saja terjadi jika langkah-langkah restrukturisasi yang diambil Kementerian BUMN untuk menyelesaikan masalah KRAS gagal menemui hasil.

"Untuk Krakatau Steel memang ada tiga langkah, problemnya langkah ketiga ini macet. Kemudian ada negosiasi dengan Posco, belum terjadi. Tapi memang satunya yang sekarang ini krusial. Kalau ketika gagal kedua, gagal yang pertama, maka Desember ini (KRAS) bisa default," tuturnya dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Kamis, 2 Desember.

Erick mengatakan bahwa salah satu yang sulit dari upaya restrukturisasi KRAS adalah dengan melakukan renegosiasi dengan Posco.

"Kan selama ini Krakatau Steel partneran dengan Posco. Posco ini mayoritas kita minoritas. Nah kita lagi coba untuk jadi 50:50, sampai sekarang belum ada jawaban dari Posco, namanya juga usaha," ucapnya.

Biang kerok permasalahan di KRAS

Biang kerok permasalahan di KRAS adalah mangkraknya proyek blast furnace senilai 850 juta dolar Amerika Serikat (AS). Mangkraknya proyek tersebut membuat utang yang dimiliki KRAS mencapai 2 miliar dolar AS.

Sejak tahun 2019 lalu, KRAS tengah melakukan restrukturisasi utang senilai 2,2 miliar dolar AS atau setara Rp31 triliun. Utang masa lalu disinyalir dikarenakan adanya tindakan korupsi.

"Krakatau Steel itu dia punya utang 2 miliar dolar AS. Salah satunya investasi 850 juta dolar AS, itu tidak bagus, pasti ada indikasi korupsi," ujarnya dalam diskusi daring 'Bangkit Bareng', Selasa, 28 September.

Kata Erick, Kementerian BUMN pun akan menelusuri dugaan tindak kejahatan tersebut. Erick mengatakan penegakan hukum bagi bisnis yang salah harus diperbaiki.

"Dan kita akan kejar, siapa pun yang merugikan. Karena ini kembali, bukannya kita ingin menyalahkan, tetapi penegakan hukum kepada bisnis proses yang salah kita perbaiki," tuturnya.

Upaya penyelamatan Krakatau Steel

Erick Thohir mengatakan bahwa ada beberapa tahapan penyelamatan PT Krakatau Steel (Persero) dari jeratan utang jumbo. Salah satunya adalah melakukan negosiasi dengan produsen baja asal Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company (Posco).

Pernyataan ini disampaikan Erick Thohir usai bertemu dengan President Director of Krakatau Posco Kim Kwang Moo dan mendiskusikan rencana kerja sama yang lebih dalam dengan Posco di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 10 Desember 2021.

"Hari ini saya berdiskusi dengan pihak Posco di mana saya ingin mempelajari kerja sama yang menguntungkan di antara ke dua negara untuk membangun ekosistem daripada baja nasional. Apalagi kita ketahui kita punya market yang besar dan kita sedang memperbaiki supply chain kita," tuturnya dalam video conference, Jumat, 10 Desember.

Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa diskusi berlangsung sangat positif bagaimana Indonesia dan Korea Selatan bergerak maju untuk menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan. Menurut Erick, Posco memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di sektor industri mobil listrik.

"Ini adalah sesuatu yang kami sangat ingin lakukan untuk menciptakan data pasak yang lebih baik untuk Indonesia," katanya.