Apindo Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Mentok di 3,75 Persen, di Bawah Target Sri Mulyani
Ketua Umum Apindo Hariyadi B. Sukamdani bersama Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Dok. Kantor Staf Presiden)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 mencapai kisaran 4 hingga 5 persen, dengan inflasi di bawah 3 persen.

Lebih lanjut, Hariyadi juga memprediksi nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp14 ribu sampai Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

"Lebarnya proyeksi rentang pertumbuhan tersebut mengingat salah satu pemulihan ekonomi yang mulai membaik secara bertahap dan cukup konsisten di tahun 2021," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 9 Desember.

Lebih lanjut, Hariyadi mengatakan bahwa rentang proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut mempertimbangkan tiga hal. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik disebabkan dari sejumlah perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) oleh pemerintah.

Kemudian, lanjut Hariyadi, kedua adalah vaksinasi masyarakat yang berlangsung cukup baik. Meskipun masih banyak wilayah tertinggal di luar Jawa-Bali. Serta mulai tumbuhnya kedisiplinan perilaku kesehatan masyarakat.

Selanjutnya, perekonomian juga dipengaruhi dengan diterbitkannya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan sebagian besar peraturan implementasi turunannya. Meskipun dengan catatan khusus terkait putusan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi terhadap UU tersebut.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dicapai jika pemerintah melakukan sejumlah langkah-langkah konkret atas kebijakan yang telah diterapkan," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Hariyadi mengatakan bahwa pada tahun 2021 Apindo memprediksi ekonomi juga hanya akan tumbuh 3 sampai 3,75 persen. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada November lalu, yang sebesar 3,5 sampai 4 persen.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, kata Hariyadi, berdasarkan pola pada kuartal satu, dua, dan tiga, yang masih belum stabil.

"Sehingga belum memberikan pattern yang dapat diprediksi dengan tepat di kuartal IV," ujar Hariyadi.