Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ungkapkan kondisi ekonomi global masih diliputi ketidakpastian hingga akhir tahun ini tercermin dari kondisi ekonomi di Amerika Serikat (AS), Eropa dan China yang melambat.

“Kita lihat dari Amerika inflasi masih di atas target dan suku bunganya juga masih tinggi, higher for longer meskipun Amerika pada minggu-minggu ini ada tanda-tanda tingkat suku bunga sudah pada titik puncaknya,” kata Sri Mulyani saat pemaparan APBN Kita, Jumat 15 Desember.

Sri Mulyani menjelaskan ekonomi AS juga dihadapakan tekanan fiskal yang masih tinggi dan access saving masyarakat AS masih tergerus karena inflasi.

“Ini akan membayangi prospek perlemahan ekonomi AS. Kabar baiknya Amerika Serikat tidak akan mengalami resesi,” jelasnya.

Sementara itu, China masih dibayangi pelemahan perekonomian yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Selain itu, faktor lainnya yang menjadi pemberat perekonomian China berasal dari demografi pekerja, penunaan, dan kriris properti.

Sedangkan, Eropa mengalami perlemahan ekonomi yang tajam. Bahkan Jerman dan Inggris mengalami kontraksi ekonomi.

“Defisit fiskalnya tinggi, inflasinya terutama core inflation juga masih tinggi. Ini yang menyebabkan Eropa tekanan suku bunganya belum menunjukkan sudah pada titik puncaknya,” tuturnya.

Selain masalah ekonomi, kondisi geopolitik juga masih menunjukan risiko yang tinggi tercermin dari terjadinya perang di Ukraina dan Palestina yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.

“Menimbulkan down side risk terhadap prospek pertumbuhan ekonomi. Sentimen global juga akan menimbulkan volatilitas di sektor keuangan,” jelasnya.

Menurut Sri Mulyani dengan adanya masalah geopolitik yang belum berakhir akan menimbulkan proteksionisme sehingga melemahkan perdagangan global.

“Perekonomian global diperkirakan masih akan lemah. Seperti yang disampaikan lembaga-lembaga internasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan perekonomian global masih akan melemah. "Tahun depan IMF (International Monetory Fund) masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia juga belum membaik," ungkapnya

Akibat kondisi tersebut, Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi dunia direvisi. IMF menurunkan target pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3 persen dan Bank Dunia menurunkan target menjadi 2,1 persen pada tahun ini.

“Untuk tahun depan, IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi juga belum membaik bahkan hanya di level 2,9 persen,” ujarnya.

Sri Mulyani menyampaikan menurunnya inflasi masih berada di proyeksi yang ditetapkan negara-negara maju yaitu 3 persen dan Inflasi dunia ditargetkan sebesar 5,8 persen di tahun 2024.

Sementara, jika dilihat dari proyeksi pertumbuhan PDB negara ASEAN dan G20, beberapa negara diliputi ketidakpastian.

“Indonesia termasuk sebagai negara yang memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi tertinggi di lingkungan ASEAN dan G20, yaitu di 5 persen,” ujarnya.