JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberi isyarat bakal mempertahankan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sebagai maskapai penerbangan nasional. Seperti diketahui, kondisi Garuda saat ini tengah terlilit utang sebesar 9,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp139 triliun. Bahkan, Garuda pun disebut secara teknikal sudah bangkrut.
Erick menekankan Kementerian BUMN tidak menyerah untuk menyelamatkan Garuda. Menurut dia, di tengah kesulitan yang dihadapi Garuda, masih ada kepercayaan dari pihak dari pihak luar negeri.
"Kita tidak menyerah, buktinya kemarin kita dengan segala kesempitan dan kesempatan tanda tangan code sharing dengan Emirates. Jadi masih ada kepercayaan tetapi kita jangan cinta buta yang akhirnya juga membahayakan pengambilan keputusan dan juga membahayakan Garudanya sendiri. Nah inilah posisi-posisi yang memang tidak mudah dan itu bagian tanggung jawab Kementerian BUMN," tuturnya, dalam acara Kick Andy Show, dikutip Selasa, 16 November.
Menurut Erick, saat ini yang akan dijalani Garuda adalah restrukturisasi. Di mana, Kementerian BUMN harus nego sewa yang ada kasus korupsinya dan sewa pesawat yang kemahalannya sampai 28 persen dibanding negara lain yang hanya 6 persen.
"Kita harus jalan ke situ dulu. Bukan pilihan yang mudah memang," kata Erick.
Erick mengatakan setelah restrukturisasi Garuda selesai, pihaknya akan mengubah bisnis model Garuda. Adapun fokus Garuda nantinya adalah menggarap pasar domestik.
"Bisnis modelnya kita harus fokus ke dalam negeri untuk beberapa tahun ke depan untuk menyehatkan keuangan daripada Garuda," katanya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa Garuda harus mencontoh maskapai penerbangan Amerika Serikat. Menurut Erick, maskapai penerbangan AS lebih banyak memiliki rute domestik dibandingkan rute internasional atau ke luar negeri. Sebab, pasar domestik Indonesia sangat kuat.
"Kita punya market jangan dijual murah. Domestik baru ini sangat besar. Lihat yang terjadi pada US Airlines, mereka itu banyak rute domestiknya dan berapa banyak sih pesawat AS yang pergi ke luar negeri?," ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkap bahwa neraca ekuitas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah melampaui PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Ia mengatakan bahwa Garuda mengalami negatif ekuitas sebesar 2,8 miliar dolar AS atau setara dengan Rp40 triliun.
"Kami tekankan neraca Garuda saat ini mengalami negatif ekuitas 2,8 miliar dolar AS jadi ini rekor, kalau dulu rekornya dipegang Jiwasraya sekarang sudah digeser Garuda. Jadi negatif ekuitas Garuda sudah mencapai Rp40 triliun," katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Selasa, 9 November.
BACA JUGA:
Sekadar informasi, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tercatat memiliki ekuitas negatif mencapai Rp38,4 triliun per Desember 2020. Sementara, Garuda Indonesia per September 2021 berada pada posisi negatif 2,8 miliar dolar AS atau Rp40 triliun.
Kartika mengatakan bahwa drop-nya tingkat neraca keuangan Garuda Indonesia disebabkan juga oleh adanya pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 73 yang dilakukan perusahaan pada 2020-2021 ini yang menyebabkan dampak penurunan ekuitas semakin dalam.
Menurut Kartika, pada posisi ini secara teknikal telah menyeret perseroan ke lubang kebangkrutan.
"Dalam kondisi ini dalam istilah perbankan sudah technically bankrupt, tapi legally belum, ini yang sekarang saat ini kita sedang upayakan gimana keluar dari posisi ini," katanya.
Lebih lanjut, Kartika mengatakan, anggapan bangkrut tersebut karena secara praktik sebagian kewajiban Garuda Indonesia sudah tak dibayar. Bahkan, gaji pegawai pun dipangkas sejak 2020. Sedangkan untuk gaji pejabat perseroan sudah sebagian ditahan.
"Jadi kita harus pahami bersama situasi Garuda sebenarnya secara technical sudah mengalami bangkrut. Karena kewajiban-kewajiban jangka panjangnya sudah tidak ada yang dibayarkan termasuk global sukuk, termasuk himbara dan sebagainya," tuturnya.