Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan Indonesia komitmen terhadap inisiatif perubahan iklim global, yaitu dengan pencapaian net-zero emission pada tahun 2060 serta kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC) yang menuangkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030. Komitmen ini didukung penuh oleh sektor swasta Indonesia.

Menurut Arsjad, sektor swasta Indonesia berperan aktif penuhi komitmen perubahan iklim. Apalagi, kondisi perubahan iklim sudah semakin terasa dampaknya terhadap kehidupan manusia, sehingga mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk menandatangani Paris Agreement untuk bekerja sama membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius.

"Kadin siap berperan aktif dalam membantu pemerintah Indonesia untuk penuhi komitmen perubahan iklim negara kita. Kadin akan mengajak seluruh komponen pihak swasta, baik itu perusahaan besar maupun UMKM untuk berkolaborasi membantu pemerintah dalam mencapai Net Zero Indonesia di 2060," katanya dalam gelaran pembukaan paviliun The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang dilaksanakan di Glasgow dan Jakarta, 1 November.

Kadin, lanjut Arsjad, akan memusatkan perhatian pada inisiatif-inisiatif keberlanjutan yang telah dilakukan oleh sektor swasta, seperti mekanisme carbon market, pengurangan deforestasi, transisi menuju energi baru terbarukan, pengelolaan sampah dengan fokus utama pada sampah plastik, serta impact investment untuk perusahaan dengan iklim positif.

"Kami meyakini bahwa kolaborasi antara sektor publik dan swasta serta pihak internasional perlu lebih didorong dan diperkuat pasca-COP26. Kami sudah menetapkan tujuh prioritas untuk mempercepat dekarbonisasi," kata dia.

Arsjad menyebut, tujuh prioritas tersebut antara lain yakni kolaborasi dalam penyusunan regulasi dan implementasi carbon pricing. Kedua, pembangunan ekonomi berbasis hutan. Ketiga,peningkatan porsi energi baru terbarukan dalam bauran energi.

Lalu, percepatan adopsi mobilitas listrik. Kelima, pengembangan program-program sirkularitas end-to-end di sector-sektor utama. Keenam, inovasi dan perluasan praktik pertanian berkelanjutan. Terakhir, penggunaan pembiayaan berkelanjutan untuk mempercepat transisi.

Selain di Glasgow, Paviliun Indonesia juga dilaksanakan di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta pada 1-12 November 2021. Arsjad mengatakan, hal ini merupakan salah satu bentuk upaya Soft Diplomacy untuk menyuarakan tindakan, strategi, dan inovasi Indonesia kepada dunia internasional, sebagai wujud nyata partisipasi bersama untuk mencegah peningkatan suhu global.

Paviliun tersebut menampilkan berbagai perkembangan dan inovasi dalam pengendalian perubahan iklim yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta Indonesia maupun partner strategis terkait lainnya.

"Paviliun ini kita harapkan dapat menjadi sarana bagi semua pihak bisa untuk berbagi informasi yang konstruktif dan integratif, selain juga bisa membuka peluang bagi para pihak untuk menggali ide, peluang, dan jejaring dalam rangka penguatan upaya pengendalian perubahan iklim," kata Arsjad.