Ribut Makanan Jawa-Sumatra Hanya Layak Jika Diakhiri Kesadaran Betapa Kaya Kuliner Kita
Ilustrasi foto soto Banjar (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - "Mengapa soto daging di Jawa bagian tengah itu dagingnya cuma empat iris? Lalu makanin lauk lain di depannya, yang harganya empat kali lipat harga sotonya? Orang Sumatra cem aku kenot rilet. Kami makan soto isian melimpah ruah. Titik!" Akun @lailadimyati berkicau dan meluas di Twitter jadi perdebatan budaya makanan orang Jawa dan Sumatra. Layak kah perdebatan ini? Tergantung, jika kemudian kita jadi sadar soal kekayaan bangsa ini, maka layak.

Serius. Kita sangat kaya. Bahkan untuk urusan soto! Culinary storyteller, Ade Putri Paramadita meyakinkan kami mengenai kekayaan itu. Jangan dulu masuk ke soto. Menurut Ade pada dasarnya kekayaan kuliner Indonesia amat melimpah ruah. Setiap wilayah memiliki perbedaan, mulai dari kebiasaan, adat, dan budaya kuliner.

"Jangankan ngomongin soto. Beda makanan, beda daerah, sudah pasti rasanya beda. Kita ngomongin gudeg di Jogja sama gudeg Solo saja, karakter rasanya, biarpun sama-sama manis, tapi intensitasnya berbeda. Jadi otomatis kalau ngomongin makanan dari setiap daerah, enggak bisa disamain. Enggak bisa di-compare head to head."

"Rendang yang paling terkenal, misalnya, rendang Sumatra Barat, tapi orang Jawa juga bikin rendangnya sendiri, yang pasti menurut orang Sumatra Barat, 'itu sih bukan rendang, itu baru sampe kalio saja.' Jadi interpretasi setiap daerah akan berbeda mengikuti selera umum," tutur Ade kepada VOI, Rabu, 8 September.

Perdebatan soal makanan Jawa-Sumatra ini sebenarnya seru selama tidak disisipi sentimen SARA. Perdebatan ini suka tak suka memancing diskusi soal kekayaan kuliner bangsa ini. Oke, sekarang kita masuk ke soto. Apa itu soto?

Kaya, bahkan soal soto

Culinary storyteller, Ade Putri menjelaskan pada dasarnya konsep soto adalah hidangan berkuah. Ada protein hewani di situ, campuran karbohidrat, dan sayuran. Selain itu, mengingat selera makan orang Indonesia yang kerap bermain dengan tekstur, maka "biasanya ada kerupuk atau garing-garingannya. Emping mungkin."

Dan bahkan hanya dari soto kita bisa melihat betapa kaya keberagaman kuliner Indonesia. Lokadata merilis sebuah data yang menghimpun setidaknya 25 jenis soto dari 22 daerah se-Nusantara. Data itu juga mencatat bumbu-bumbu apa saja yang digunakan dan jadi pembeda dari semua jenis soto itu.

Dari ujung Barat, Aceh, ada soto Aceh. Bergeser ke Sumatra Utara ada soto Medan. Di Minangkabau terdapat soto Padang. Sementara, Jambi memiliki soto tenggiri. Daerah Bangka Belitung terkenal dengan kuah soto daging dan Belitung. Di Lampung, sajian soto khasnya adalah soto mi udang. Sementara di Jakarta/Betawi terdapat soto betawi, mi Jakarta, dan tangkar.

Ilustrasi foto dapur sebuah warung soto (Sumber: Wikimedia Commons)

Berikut daftar daerah lain dengan jenis-jenis sotonya:

1. Dataran Sunda:

  • Soto Bandung
  • Banten
  • Mi
  • Soto kuning Bogor
  • tasik
  • usus.

2. Yogyakarta:

  • Soto ayam
  • Ayam ngasem
  • Bening
  • Lenthok
  • Sapi

3. Pekalongan:

  • Soto Pekalongan
  • Grombyang
  • Tegal
  • Tauto
  • Slawi

4. Dulangmas:

  • Soto Sokaraja sapi
  • Sokaraja ayam
  • Kedu sapi
  • Kedu ayam
  • Sroto Banyumas

5. Cirebon

  • Bongko
  • Ayam kuah kuning

6. Semarangan:

  • Soto Kudus
  • Kemiri
  • Semarang
  • Bangkong
  • Blora

7. Surakarta:

  • Soto ayam
  • Soto daging
  • Ayam gading
  • Kuali
  • Ayam timlo

8. Jawa Timur sisi Selatan:

  • Soto Kediri
  • Daging Trenggalek
  • Ayam Trenggalek
  • Rujak
  • Ayam khas Blitar
  • Ayam Lombok
  • Kediri
  • Magetan
  • Kambing Ngelo

9. Pesisir Utara Jawa Timur:

  • Soto ambengan
  • Madura sapi
  • Madura ayam
  • Lamongan
  • Kikil
  • Kediri
  • Bebek Surabaya
  • Kenari
  • Sulung

10. Minahasa:

  • Soto ayam bersantan

11. Dayak:

  • Soto Mahakam

12. Banjar:

  • Soto Banjar

13. Bugis:

  • Coto Makassar

14. Madura dan Osing:

  • Soto Pamekasan
  • Soto Madura
  • Ayam
  • Daging
  • Babat
  • Sumenep

15. Sasak:

  • Soto iga Lombok
  • Ayam
  • Nangka

Antara Jawa dan Sumatra

Sebagaimana dikatakan culinary storyteller, Ade Putri, perbedaan budaya makanan antardaerah seharusnya dilihat sebagai kekayaan. Ada sejumlah faktor yang memengaruhi kekhasan budaya makanan. Salah satunya jejak jalur rempah. Ini juga berlaku dalam konteks Jawa-Sumatra.

"Siapa sih yang paling banyak bermukim akhirnya di daerah Sumatra ketika perdagangan itu berlangsung? Paling banyak kalau di daerah Sumatra itu konon orang-orang India dan Arab," tutur Ade kepada VOI, Rabu, 8 September.

Itulah yang menyebabkan karakter makanan Sumatra lekat dengan masakan Arab dan India, yang sangat mengandalkan rempah. Dan di Jawa, sebenarnya narasi makanan Jawa lebih 'minim' bin prihatin tak juga tepat. Perbedaan prinsipnya ada di karakter rasa.

Jika Sumatra lebih rempah, Jawa lebih mengandalkan bumbu. "Dan mungkin sebagian orang membicarakannya sebagai cita rasa yang cenderung manis. Kalau misalnya ngomongin sejarahnya lagi-lagi dulu di Jawa lebih banyak siapa nih yang menetap: kolonialisme Belanda."

*Baca Informasi lain soal KULINER atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya