JAKARTA - Animasi karya anak bangsa, Nussa akan diputar perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN). Festival film tersebut diselenggarakan di Korea Selatan (Korsel) dan berlangsung selama 8-18 Juli 2021. Kita lihat kebesaran BIFAN.
"Berkesempatan untuk tayang perdana di dunia pada 25th Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) setelah terpilih sebagai film untuk kategori Family Section," kata rumah produksi, Visinema via Instagram.
Meski demikian tidak semua orang menyambut baik hadirnya Nussa di BIFAN. Sebuah komentar diunggah akun Twitter Eko Kuntadhi.
"Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yg merusak!" katanya.
Film Nussa mengisahkan anak laki-laki bernama Nussa yang menghadapi permasalahan baru dalam hidupnya. Nussa yang ahli dalam sains, kini menghadapi anak baru yang mengalahkan dirinya dalam lomba sains.
Ia juga menghadapi rasa kecewa karena ayahnya yang tidak memenuhi janji. Di film ini digambarkan Nussa mengalami pembelajaran baru yang membuatnya semakin memahami kehidupan. Dengan permasalahan itu, Nussa menjadi anak yang lebih dewasa.
Nussa bukan satu-satunya
Mengutip Media Indonesia, selain Nussa, ada film Indonesia lainnya yang akan diputar di BIFAN 2021. Film tersebut merupakan garapan dari sutradara Riri Riza yang berjudul Paranoia.
Film yang diperankan Nicholas Saputra dan Nirina Zubir ini ditayangkan perdana pertama kali di dunia di BIFAN. Selain itu ada 108 Days garapan Lucky Kuswandi, berpartisipasi di NAFF (Network of Asian Fantastic Films) Project Market.
108 Days menjadi satu dari 19 proyek film yang terseleksi untuk It Project. Annisa Adjam dan Ernest Lesmana, dua sineas Indonesia juga berpartisipasi dalam NAFF Fantastic Film School, program pendidikan film dari BIFAN.
Film buatan Indonesia sebelumnya juga beberapa kali hadir di BIFAN. Pada 2020, Perempuan Tanah Jahanam garapan Joko Anwar tayang di program World Fantastic Red di BIFAN.
Perempuan Tanah Jahanam mendapat penghargaan Melies International Festivals Federation (MIFF) Award for Best Asian Film. MIFF Award merupakan penghargaan yang diberikan untuk bisa mempromosikan dan mendorong perkembangan genre film "fantastic" yang ada di Asia.
Selain Perempuan Tanah Jahanam, ada Ratu Ilmu Hitam (Kimo Stamboel), Abracadabra (Faozan Rizal), dan film Joko lainnya Gundala. Joko Anwar pun tidak hanya sekali hadir di BIFAN.
Pada 2018, Joko Anwar hadir mewakili film garapannya Pengabdi Setan. Tak hanya itu, Joko juga diundang untuk memberi masterclass dalam festival tersebut.
Film Joko Anwar lainnya yang pernah berpartisipasi di ajang BIFAN adalah Dead Time: Kala pada 2007, Pintu Terlarang pada 2009 yang memenangkan Best Film, dan Modus Anomali pada 2011.
Tentang BIFAN
BIFAN merupakan festival film tahunan yang dikhususkan untuk genre film fantasi, horor, dan fiksi ilmiah terbesar di Korsel sejak 1997. Tahun ini BIFAN akan memutar total 258 film dari 47 negara.
BIFAN tahun ini mengangkat tema 'Stay Strange.' BIFAN memiliki delapan kategori: Bucheon Choice, World Fantastic Cinema, Fantastic Short Films, Forbidden Zone, Family Fanta, Ani-Fanta, Special Programs, dan Retrospectives.
Selama festival, terdapat 146 film --61 fitur, 85 film pendek-- akan disiarkan secara daring melalui platform streaming Korsel, Wavve. Ini sebagai bagian dari upaya jaga jarak di tengah pandemi COVID-19.
Pembukaan BIFAN akan menjadi pemutaran perdana dunia dari sutradara Taiwan Giddens Go yang menggarap film Till We Meet Again. Film ini berkisah tentang seorang pemuda yang, setelah disambar petir, kehilangan ingatannya, kemudian bekerja sebagai dewa cinta.
Ia menjodohkan pria dan wanita di Bumi, mengikat mereka bersama-sama menggunakan tali merah. “Di tengah ketidakpastian, pesan kami kepada penonton adalah 'tidak apa-apa menjadi aneh.'"
"Keanehan bisa menjadi kendaraan yang kuat di mana seseorang dapat menemukan jalan unik untuk dirinya sendiri dan beradaptasi dengan normal baru," kata direktur festival Shin Chul saat konferensi pers di Fantastic Cube di Bucheon, Gyeonggi, mengutip Korea Times.
Selain itu, BIFAN juga menggelar kelas film. Namun karena pandemi, kelas diadakan secara daring. BIFAN mendorong pemahaman budaya yang berbeda melalui seni film.
BIFAN juga diselenggarakan untuk memfasilitasi pertukaran ide di antara para profesional industri film dari seluruh dunia dan Korea. Festival ini juga tidak hanya mempromosikan film namun pada produksi dan distribusi film-film bergenre "fantastic."
Festival ini sempat menghadapi boikot pada 2005 akibat protes dari para kritikus. Protes tersebut dianggap sebagai campur tangan Wali Kota Bucheon Hong Geon-pyo yang memiliki acara saingan yang disebut RealFanta.
RealFanta diselenggarakan di tanggal yang sama dengan BIFAN. Festival kembali diselenggarakan pada 2006 tanpa perselisihan di bawah arahan pembuat film veteran Lee Jang-ho dan tim pemrograman baru.
Film-film yang pernah berpartisipasi di BIFAN, di antaranya Memory: the Origins of Alien, Gooseflesh, A Girl Missing, Hunger, dan I WeirDo. Memang banyak film yang terkesan unik dan tidak banyak didapatkan di banyak film, hal tersebut dikarenakan BIFAN memang memilih film-film yang dianggap "bergenre baru" dan akan mengenalkannya ke seluruh dunia.
*Baca Informasi lain soal BUDAYA POPULER atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.