Bagikan:

JAKARTA - Salah satu ritual dalam merayakan hari raya umat Buddha, Waisak, adalah dengan melepas lampion. Ritual itu digelar di banyak negara Asia, seperti China, Thailand, Korea Selatan, termasuk Indonesia. Pertanyaannya kapan pertama kali festival lampion ini digelar? Apa maknanya?

Perayaan Waisak sejatinya untuk memeringati tiga peristiwa penting dalam agama Buddha atau disebut juga sebagai "Trisuci Waisak". Yang pertama yakni untuk peristiwa lahirnya Siddharta Gautama Buddha pada tahun 623 SM, lalu peristiwa saat ia menjadi Buddha dan hari wafatnya. 

Prosesi perayaan Waisak terdiri dari beberapa ritual salah satunya yang tak boleh terlewat adalah ritual pelepasan lampion. Ritual ini menjadi simbol penting bagaimana Buddha menerangi dunia.

Di Indonesia perayaan Waisak terbesar dihelat di Candi Borobudur. Pada perayaan Waisak tahun lalu, ratusan lampion mengudara di Candi Borobudur. 

Perayaan ini tidak hanya dihadiri oleh penganut agama Buddha saja. Umat Islam maupun Kristiani juga turut serta mengikuti acara spiritualitas ini.

Ilustrasi foto festival lampion (Melanie Magdalena/Unsplash)

Mengutip Detik, sebelum masuk ke acara pelepasan lampion, peserta diajak bermeditasi oleh Bhiksu agar makna pelepasan lampion semakin bermakna. Usai meditasi, barulah prosesi pelepasan lampion dimulai.

Teknisnya, para peserta diminta membentuk grup empat sampai lima orang. Lalu panitia membagikan lampion ke masing-masing kelompok. Kemudian peserta mengibarkan kertas lampion sembari menempelkan kertas harapan yang didapat saat pertama kali memasuki area Candi Borobudur. Terakhir bakar obor lampion sambil melepasnya ketika mulai bisa terbang.  

Sejarah

Melansir Global Times, festival lampion sudah ada sejak Dinasti Han Barat (206SM-25) di China lebih dari 2.000 tahun lalu. Di sana ritual keagamaan ini disebut juga dengan Festival Yuan Xiao. 

Festival Yuan Xiao mulai diadopsi agama Buddha pada masa pemerintahan Kaisar Ming dari Dinasti Han Timur pada 25 sampai 220. Saat itu agama Buddha mulai menyebar dari India ke daratan China. 

Kaisar Ming sudah mendengar kabar bahwa para biksu berdoa pada hari ke 15 pada bulan lunar pertama. Mereka akan menyalakan lampion untuk menghormati junjungannya: Buddha. 

Karena menyukai kebiasaan itu, Kaisar Ming memerintahkan agar lampion dinyalakan di seluruh istana kekaisaran dan semua kuil selama Yuan Xiao. Saat itu masyarakat umum mulai menggantungkan lampion di luar rumah mereka dan lambat laun festival keagamaan ini berkembang menjadi kebiasaan rakyat.

Makna 

Mengutip Buddhist Channel TV, dalam teks resmi agama Buddha dijelaskan apa makna, tujuan dan manfaat festival lampion. Awalnya lampion merupakan sebuah persembahan kepada sang Buddha yang bertujuan untuk menumbuhkan tiga ajaran penting soal kebajikan, tidak ada kebencian dan pandangan-pandangan yang tidak sesat. 

Oleh karenanya ritual tersebut merupakan cara mengolah pikiran seseorang yang bertujuan untuk mencapai pencerahan. Selain itu pencahayaan lampion juga bermakna sebagai pencapaian pikiran yang murni.

Dan yang paling penting dalam proses pencerahan itu yakni bukan menawarkan kekayaan, melainkan untuk menjaga pikiran seseorang tetap tulus.