Sejarah 420 dan Bagaimana Budaya Itu Sampai ke Indonesia
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Perayaan 420 atau Hari Ganja Internasional jatuh setiap 20 April. Beragam pendapat muncul untuk menjelaskan dari mana sebenarnya asal-usul istilah 420 ini. Beberapa percaya angka itu adalah jumlah bahan kimia aktif dalam ganja, sementara yang lain menganggap 420 merupakan waktu ngeteh orang Belanda. 

Selain itu tidak sedikit yang menganggap 420 sebagai peringatan hari lahir Adolf Hitler. Dan ada juga yang mengasosiasikan pada lagu legendaris Bod Dylan Rainy Day Women No. 12 & 35, angka 12 dikali 35 sama dengan 420. 

Namun pada kenyataannya mengutip History, sebutan 420 bisa kita telusuri kembali pada cerita lima orang remaja asal California yang biasa nongkrong di luar dinding sekolah San Rafael. Mereka disebut Geng Waldos karena sering nongkrong di dinding gedung. Kelima orang itu antara lain Steve Capper, Dave Reddix, Jeffrey Noel, Larry Schwartz, and Mark Gravich.

Sekolah San Rafael (Foto: Wikimedia)

Semuanya bermula pada musim gugur 1971, Geng Waldos menemukan informasi tentang seorang anggota penjaga pantai yang telah menanam ganja dan tidak bisa lagi merawat tanamannya. Dibekali secarik peta harta karun yang diduga mengarah ke ladang itu, Waldos akan berkumpul di bawah patung Louis Pasteur di luar sekolah untuk melakukan pencarian setidaknya satu minggu sekali. 

Waktu pertemuan mereka pukul 4.20 sore, setelah latihan olahraga. Setelah bertemu tepat pada waktunya, mereka akan bergumul di dalam mobil sembagi mengisap ganja sembari menjelajahi hutan Point Reyes. 

Pada akhirnya pencarian harta karunnya itu mungkin hanya sebatas fantasi. Istilah 420 itu kadung tercipta dan digunakan siswa sekolah menengah sebagai kode untuk mendiskusikan ganja tanpa diketahui orang tua atau guru mereka. 

Istilah itu terus mereka gunakan hingga menjadi tradisi dan menyebar ke masyarakat luas bahkan hampir sampai ke seluruh dunia.

Anggota Waldos punya akses luas dan koneksi dengan banyak band. Ayahnya Mark Gravitch punya kenalan banyak karena mengelola kuburan mewah. Kakaknya Dave Reddix berteman baik dengan Dead, pemain bas Phil Lesh. 

Salah satu anggota Waldos, Capper bilang, ia menerka istilah 420 mulai beken di belakang panggung band di daerah Winterland. "Ketika melewati orang-orang berkumpul sering keluar istilah 'Hei, 420.' Jadi istilah itu mulai menyebar melalui komunitas itu," kata Capper kepada Huffington Post 

Istilah 420 kemudian sampai ke kuping jurnalis. Steven Bloom misalnya pewarta High Times pertama kali mendengar istilah tersebut saat konser Grateful Dead di Oakland, California pada 1990. 

Saat Bloom berkeliaran di antara para hippies yang berkumpul sebelum konser Dead dimulai, ia menemukan selebaran yang isinya kurang lebih sebuah ajakan "Kita akan bertemu jam 4.20 pada 4/20 untuk 420-an di Marin County." 

Singkatnya Bloom kemudian menunjukkan informasi yang ada pada selebaran itu kepada Huffington Post. Tentu dalam tulisannya itu juga diceritakan sejarah 420 yang merujuk kepada Geng Waldos dari San Rafael. Akibat tulisan itulah istilah 420 kemudian mendunia. Termasuk Indonesia.

Ilustrasi (Unsplash)

Di Indonesia menurut LSM Lingkar Ganja Nusantara (LGN) masuknya budaya 420 ke Indonesia melalui beberapa hal. Pertama melalui film-film holywood seperti Cheech and Chong, Pineapple Express, Harold and Kumar, We’re The Millers dan lainnya.

Kedua, penetrasi budaya 420 juga menusuk masuk lewat musik-musik barat seperti Afroman, Snoop Dog, Katchfire, dsb. Terakhir tentu akibat berkembangnya arus informasi di media sosial.

Tidak ada yang bisa memastikan kapan budaya 420 ini diterima secara umum di Indonesia. "Namun sejak 2010 ke belakang budaya ini cukup populer beredar di kalangan penikmat kanabis," tulis LGN dalam lamannya.

Menurut LGN adanya peleburan budaya 420 dengan generasi Indonesia menandakan hal positif sekaligus ada rasa keingintahuan yang tinggi dengan kanabis. Paparan film-film, musik, atau akun-akun media sosial dari dunia luar tak jarang membagikan informasi mengenai khasiat kanabis. Ada yang mengatakan kanabis mampu mengobati diabetes, kanker, asma, epilepsi, ADHP, autis, bipolar dan lain sebagainya. Belum lagi informasi mengenai serat kanabis sebagai bahan baku tali serta perekat kayu-kayu kapal, kertas, jeans, bahan bagunan dan 50.000 produk turunannya.

Oleh karena itu, berdasarkan keingintahuan yang besar dari generasi ini, LGN terus mendorong untuk menggali pengetahuan kanabis lebih dalam. "Jangan berhenti hanya karena kami menulis secarik kertas ini saja," tulis LGN. 

Telah lama peringatan 420 bertransformasi menjadi sebuah gerakan untuk mendukung regulasi ganja di seluruh dunia. Dan beberapa negara telah berhasil mewujudkannya seperti Argentina, Brasil, Meksiko, Uruguay, Chile, Kolombia, Jamaika, Puerto Rico, Kanada, Amerika Serikat, Macedonia, Kroasia, Italia, Australia, Banglades, Belgia, Ceko, Ekuador, Estonia, Jerman, Yunani, India, Cina, Moldova, Polandia, Rusia, Portugal, Spanyol, Swis, Slovenia, Turki, Ukraina dan lain-lain.