Bagikan:

JAKARTA - Tesla tengah menghadapi tuduhan spionase, memata-matai China dari pihak militer Beijing. Di tengah tuduhan itu Tesla justru membangun pusat data di China.

Militer China menuduh Tesla memata-matai lewat sensor dan fitur kamera yang jadi pengganti kaca spion dalam mobil-mobil Tesla. Sementara Tesla menyatakan pusat data dibangun untuk menyimpan informasi yang dikumpulkan dari para penggunanya.

Pada Maret, Tesla telah membatasi penggunaan mobil Tesla. Namun pembatasannya masih di lingkup militer dan karyawan perusahaan-perusahaan milik negara.

Tesla sendiri kala itu langsung membantah tuduhan China. "Kami telah mendirikan pusat data di China untuk menyimpan data secara lokal dan kami akan menambahkan lebih banyak," kata Tesla, dikutip AFP, Sabtu, 29 Mei.

Dalam pernyataan menyusul pembangunan pusat data, Tesla juga berjanji menjaga keamanan data penggunanya di China. Tesla juga sebelumnya berjanji taat pada regulasi pemerintah China. Meski begitu Tesla tak merinci di mana lokasi tepatnya pusat data itu akan dibangun.

Tudingan spionase

Tudingan ini bermula pada Maret, ketika militer China melarang mobil Tesla masuk ke kawasan militer, termasuk kantor-kantor dan perumahan.

Militer China khawatir mobil-mobil Tesla dapat digunakan Amerika Serikat (AS) sebagai alat memata-matai. Larangan ini langsung menjatuhkan saham Tesla sebesar dua persen.

Angka ini jadi pukulan buat Tesla, mengingat saham perusahaan sebelumnya berhasil naik delapan kali lipat pada 2020.

*Baca Informasi lain soal BERITA INTERNASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

BERNAS Lainnya