Bagikan:

JAKARTA – Stereoid memiliki sejumlah manfaat jika diberikan sesuai dengan indikasi, termasuk kepada anak. Namun penggunaan steroid tanpa rekomendasi dokter bisa berbahaya karena termasuk golongan obat keras.

Kasus penyalahgunaan obat steroid sebagai nafsu makan anak tengah menjadi perbincangan belakangan ini, menyusul viralnya cerita di Surabaya.

Seorang baby sitter berinisial NR di Surabaya, Jawa Timur, ketahuan memberi obat keras jenis steroid kepada balita (EL) berusia dua tahun yang diasuh. Setelah satu tahun berjalan, aksi pengasuh itu diketahui sang ibu (LK) dan kemudian melaporkannya ke pihak kepolisian.

“Itu obat deksametason dan pronicy. Obat keras untuk kalangan dewasa. Apa jadinya kalau diminumkan ke baby,” kata sang ibu.

Seorang baby sitter di Surabaya ketahuan memberikan steroid kepada balita selama satu tahun. (Ist)

Kasus yang viral ini membuat Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dokter Piprim Basara Yanuarso, SpA(K) ikut angkat bicara. Berkaca dari kejadian di Surabaya tersebut, ia berharap kejadian serupa tidak terulang karena pemberian obat steroid yang tidak berdasarkan resep dokter bisa berakibat fatal.

“Padahal bisa menyebabkan komplikasi jangka panjang. Disangka anak sehat padahal tidak,” ujar Piprim dalam diskusi media secara daring pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Tentang Steroid

Steroid merupaan suatu obat yang banyak dipakai sebagai anti-inflamasi atau peradangan, juga sebagai pengganti hormon pada kondisi anak yang tidak bisa menghasilkan hormon kortisol.

Steroid menyerupai hormon kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal (kelenja anak ginjal). Kortisol ini dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan gula darah, mengatur tekanan darah, serta membantu mengatasi infeksi.

Pada dasarnya, steroid memiliki manfaat jika digunakan sesuai dengan kondisi medis yang memang membutuhkan pengobatan steroid, seperti dituturkan Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrin IDAI DR Dr Agustini Utari, SpA (K). Kondisi medis tertentu yang dimaksud membutuhkan obat ini antara lain anak yang tidak memiliki hormon kortisol sejak lahir, alergi berat, asma, penyakit autoimun, dan pengobatan pasca-transplantasi organ.

“Namun penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi dapat mengakibatkan efek samping serius, seperti peningkatan berat badan, mood swing, dan gangguan tidur,” ujar Agustini .

"Ini termasuk obat keras, sehingga diberi label 'K'.  Obat ini harus dengan resep dokter. Pemakaian ini harus sesuai dengan konsultasi medis," imbuh wanita yang akrab disapa Titut ini.

Dokter Titut mengaku, dalam praktik sehari-hari, pernah menemukan beberapa asus penyalahgunaan steroid. Pemberian steroid kepada anak tidak hanya dilakukan oleh pengasuh, tapi juga oleh orang tua sendiri.

Alasannya, steroid digunakan sebagai penambah berat badan agar anak tampak gemuk. Dokter Titut tak menampik, bahwa penggunaan steroid dapat meningkatkan berat badan anak secara pesat, namun sama sekali tidak menunjukkan sehat karena sangat berisiko.

“Pipinya jadi kelihatan tembam (moon face). Sebetulnya di situ ada suatu timbunan cairan dan garam. Jadi, sebetulnya bukan gemuk yang sehat kalau (konsumsi) steroid. Hanya penampakan luarnya saja kelihatan, tetapi di dalamnya itu bermasalah,” kata Agustini.

Tak hanya itu, efek jangka panjang steroid pada anak akan mengganggu atau menghambat lempeng pertumbuhan. Akibatnya tulang tidak bisa bertambah panjang sehingga terjadi hambatan pada pertumbuhan anak.

“Anak akan kelihatan gemuk tapi pendek, karena dia tidak bisa tumbuh kalau dalam jangka waktu lama diberikan steroid,” ujar Agustini.

Pemberian steroid dengan dosis tinggi dalam jangka waktu panjang juga bisa menekan sistem kekebalan tubuh, akibatnya anak akan lebih sering mengalami infeksi.

Persepsi Salah Sehat Berarti Gemuk

Pada kasus di Surabaya, pemberian steroid dimaksudkan untuk menambah berat badan dan nafsu makan sang anak. Ibu korban mengaku berat badan anaknya melonjak drastis menjadi 19,5 kg padahal usianya baru 2 tahun 3 bulan.

Akibat pemberian steroid selama satu tahun, sang anak mengalami gangguan kesehatan hingga gangguan pada hormon pertumbuhannya.

Banyaknya orang dewasa yang nekat memberikan steroid tidak lepas dari anggapan di masyarakat bahwa anak sehat harus gemuk.

Agustini mengingatkan, tubuh gemuk bukan merupakan indikator kondisi yang sehat pada anak. Dalam masa tumbuh dan kembang anak, indikator yang lebih penting yaitu asupan gizi baik yang tercukupi. Maka orang tua atau pengasuh seharusnya tidak hanya fokus untuk memantau perkembangan berat badan melainkan juga tinggi badan anak.

Ia mengamini bahwa memberikan makan pada anak tidak selalu mudah dilakukan orang tua. Jika anak memiliki perilaku susah makan, orang tua tidak perlu khawatir berlebihan dan harus mencari cara terbaik untuk menciptakan suasana makan dengan lebih menyenangkan, bukan dengan menyalahgunakan obat steroid untuk meningkatkan nafsu makan.

Menurut Agustini, menggunakan steroid demi meningkatkan berat badan anak jauh lebih berbahaya ketimbang melihat anak kurus.

Orang tua harus mencari cara terbaik untuk menciptakan suasana makan dengan lebih menyenangkan. (Unsplash)

“Karena kalau kita menggunakan steroid ini, kita bisa melihat efek jangka panjangnya itu banyak. Anak kurus biasanya menjadi ketakutan bagi orang tua. Tetapi kalau menggunakan steroid, anak akan makin pendek dan gemuknya itu hanyalah gemuk yang kelihatan gemuk,” kata Agustini.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua IDAI Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menekankan pentingnya para orang tua memahami pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya dalam konteks pemberian makanan.

Ia tak menampik banyak orang tua mencari solusi instan untuk masalah berat badan anak, tanpa memahami proses alami pertumbuhan.

“Orang tua sering kali merasa cemas saat membandingkan berat badan anaknya dengan anak lain, dengan anggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat. Padahal, kesehatan anak seharusnya diukur berdasarkan grafik pertumbuhan yang mencakup berat dan tinggi badan,” ungkapnya.

Padahal menurutnya, kesehatan anak dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan grafik seharusnya, bukan sekadar berpatokan pada ukuran tubuh atau gemuk.