Bagikan:

JAKARTA – Kemampuan motorik anak memiliki beragam manfaat, termasuk untuk tumbuh kembang secara keseluruhan. Di era sekarang, banyak orangtua tergiur dengan fasilitas baby gym yang diklaim dapat membantu perkembangan motorik anak.

Perkembangan motorik adalah perkembangan kemampuan manusia untuk mengendalikan berbagai gerakan tubuh dan memanipulasi objek, di mana otot dapat digerakkan sesuai dengan perintah yang diberikan oleh otak atau sistem saraf pusat. Perkembangan motorik membuat gerakan tubuh seseorang menjadi lebih terkoordinasi dan terkontrol sesuai keinginan.

Perkembangan motorik ini dapat diasah sejak dini, utamanya di usia balita. Secara umum, perkembangan motorik manusia dibagi menjadi dua jenis, yaitu motorik kasar dan halus.

Melatih motorik anak bisa dilakukan di rumah sesuai dengan usianya. (Unsplash)

Melansir Social Science LibreTexts, perkembangan motorik kasar adalah perkembangan keterampilan yang melibatkan gerakan otot besar. Contoh motorik kasar adalah berdiri, berlari, melompat, berenang, menyeimbangkan badan, menaiki tangga, melempar dan menendang bola, serta mengangkat dan memindahkan barang.

Sedangkan perkembangan motorik halus adalah perkembangan yang berfokus pada otot-otot jari tangan, kaki, dan mata yang memungkinkan koordinasi gerakan otot yang kecil. Contoh motorik halus adalah menulis, menggambar, memotong benda, memasang dan belepas kancing baju, menggunakan alat makan, serta mengetik pada komputer.

Melatih Motorik dari Rumah 

Pada dasarnya, semakin banyak anak bergerak, akan semakin banyak manfaat yang diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Selain kondisi badan yang makin sehat karena banyak bergerak, anak juga menjadi lebih percaya diri dan mandiri. Anak juga menjadi semakin yakin dalam mengerjakan segala kegiatan karena ia tahu akan kemampuan fisiknya.

Karena itulah, anak-anak yang baik perkembangan motoriknya biasanya juga mempunyai keterampilan sosial positif. Mereka akan senang bermain bersama teman-temannya karena dapat mengimbangi gerak teman-teman sebayanya, seperti melompat, berlari, dan lain-lain.

Dalam buku Balita dan Masalah Perkembangannya (2001), secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik anak pada usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous.

Pada tahap kognitif, anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Pada tahapan ini, dengan kesadaran mentalnya, anak berusaha mengembangkan strategi tertentu untuk mengingat gerakan serupa yang pernah dilakukan pada masa yang lalu.

Pada tahap asosiatif, anak banyak belajar dengan cara coba ralat (trial and error) olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali pada masa mendatang. Tahap ini adalah perubahan strategi dari tahapan sebelumnya, yaitu dari apa yang harus dilakukan menjadi bagaimana melakukannya.

Pada tahap autonomous, gerakan yang ditampilkan anak merupakan respons yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan. Anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.

Sayangnya, masih banyak orangtua yang abai terhadap perkembangan motorik anak. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 5-10 persen anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan dan 1-3 persen anak di bawah lima tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum atau global development delay.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren baby gym atau gymnasium khusus bayi dan balita. Salah satu tujuannya, untuk membantu perkembangan motorik anak-anak. Dokter anak konsultas neurologi dr. Amanda Soebadi, Sp.A(K),M.Med (ClinNeurophysiol) tak menampik bahwa keberadaan baby gym bisa menjadi salah satu pilihan stimulasi. Namun ia mengingatkan para orang tua baby gym bukan satu-satunya tempat untuk menstimulasi motorik anak.

“Bisa dilakukan di rumah, berikan anak kesempatan untuk eksplorasi lingkungan. Berikan pengalaman sensori yang beraneka ragam,” kata Amanda dalam diskusi daring.

Menstimulasi perkembangan motorik anak, dikatakan Amanda, bisa dilakukan dengan cara paling sederhana seperti mengajak bermain sesuai dengan usia dan perkembangan yang sudah dicapai. Yang terpenting adalah orangtua wajib memahami tahapan perkembangan motorik supaya ketika terjadi keterlambatan, bisa mendapat perawatan atau intervensi.

Pentingnya Nutrisi untuk Perkembangan Motorik

Selain memberikan kegiatan fisik yang dapat menstimulasi, dr. Amanda juga mengingatkan bahwa gizi seimbang memiliki peran tidak kalah penting untuk perkembangan motorik anak. Nutrisi menurut Amanda, berhubungan dengan otak yang menjadi pemicu gerak motorik. Ukuran dan jumlah sambungan antarsel saraf otak dipengaruhi oleh nutrisi yang seimbang dan cukup. Salah satu contoh yang disebutkan Amanda adalah tidak lagi memberikan bubur untuk anak di atas satu tahun.

Menurut WHO, memasuki usia satu tahun anak sudah diperbolehkan makan makanan keluarga. Artinya, tidak perlu membuat makanan lunak untuk anak. Terpenting makanan yang disuguhkan kepada anak harus memuhi pedoman gizi seimbang, yaitu terdiri dari karbohidrat, lauk berprotein, hingga sayur dan buah-buahan.

Memberikan makanan dengan gizi seimbang, lengkap, dan bervariasi perlu dibiasakan sejak dini. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, ini dilakukan untuk mencegah anak pilih-pilih makanan di kemudian hari.

Amanda juga mengingatkan tidak ada makanan atau suplemen tertentu yang bisa membuat perkembangan motorik anak menjadi sangat baik atau di atas rata-rata. Selain itu, stimulasi juga turut dipengaruhi pola asuh orangtua.

Anak-anak yang baik perkembangan motoriknya biasanya juga mempunyai keterampilan sosial positif. (Unsplash)

"Anak yang hanya digendong, tidak diberi kesempatan eksplorasi yang dalam pengawasan, akan berbeda dengan anak yang mendapat kesempatan eksplorasi lebih banyak," kata Amanda menjelaskan.

Nutrisi dan pola asuh adalah dua dari empat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak. Selain itu, yang termasuk faktor lingkungan dalam perkembangan motorik anak ialah penyakit dan status sosial-ekonomi keluarga, yang bisa berpengaruh terhadap asupan nutrisi dan pola asuh yang optimal.

Perkembangan motorik anak juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik, sesuatu yang tidak bisa diubah, yaitu genetik, kognitif, kelahiran prematur dan kelainan bawaan.