Bagikan:

JAKARTA - Berdasarkan data riset yang dilakukan oleh UK National Centre for Social Research 1 dari 5 anak atau 20% dari mereka diduga mengalami gangguan mental. Di antara kelompok usia ini, prevalensi tertinggi ditemukan pada remaja usia 17-19 tahun, di mana sekitar 23.3% dari mereka teridentifikasi memiliki gangguan mental​.

Angka ini terus meningkat seiring dengan tuntutan akademis dan sosial yang semakin tinggi. Dari hasil survei yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) pada 2023, 75% orang tua melaporkan anak-anak mereka mengalami stres berlebihan akibat tekanan sekolah dan aktivitas ekstrakurikuler.

Dijelaskan juga pada jurnal Frontiers in Psychology (2020) "The Link Between Chronic Stress and Psychological Breakdown", Ada bukti kuat bahwa stres yang berlebihan dan tidak terkelola dapat membebani kapasitas kemampuan individu, yang pada akhirnya mengarah pada gangguan psikologis atau burnout.

Gangguan ini ditandai oleh kelelahan kognitif, emosional, dan fisik yang secara signifikan mengganggu fungsi sehari-hari. Maka dari itu, bagi para orang tua perlu merencanakan strategi pencegahan dan intervensi sejak dini untuk menghindari dampak buruk terhadap kesehatan mental anak. Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah dengan melibatkan anak dalam latihan motorik, yang tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan kreativitas.

Latihan motorik mencakup berbagai aktivitas fisik yang melibatkan gerakan otot besar maupun kecil, seperti bermain lompat tali, menari, hingga menggambar dan mewarnai. Aktivitas ini tidak hanya menstimulasi perkembangan fisik, tetapi juga berdampak positif pada perkembangan mental dan emosional anak.

Fondy Prasetio, Headmaster Cakap Kids Academy, menjelaskan, dalam proses belajar-mengajar, kami menciptakan lingkungan dimana anak-anak tidak hanya belajar secara akademik, tetapi juga mengasah kemampuan kreatif mereka.

"Ini adalah cara kami mendorong mereka untuk tidak hanya tumbuh secara intelektual, tetapi juga secara emosional, sehingga mereka dapat menjadi individu yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup,” ucap Fondy melalui keterangan resmi Cakap.

Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa anak-anak membutuhkan waktu dan ruang untuk menyalurkan energi mereka dengan cara yang produktif. Latihan motorik bisa menjadi salah satu cara efektif untuk membantu mereka menghadapi tekanan dari lingkungan sekitar.

“Kami menekankan pentingnya kreativitas dan imajinasi sebagai faktor yang sangat kuat dalam mendukung kesehatan mental. Ketika anak-anak diberi ruang untuk berkreasi, bermain, dan mengembangkan ide-ide tanpa batasan, mereka bukan hanya melatih keterampilan berpikir, tetapi juga menemukan cara untuk mengekspresikan emosi dan mengelola stres. Ini membantu mereka membangun ketahanan mental,” jelas Fondy.

Beberapa aktivitas motorik yang dapat dilakukan adalah melukis atau menggambar, aktivitas ini tidak hanya melatih keterampilan motorik halus, tetapi juga mendorong anak untuk bebas mengekspresikan imajinasinya. Selanjutnya adalah menari, gerakan ritmis dalam tarian membantu anak mengatur emosi mereka dan memperbaiki suasana hati.

Jangan lupa untuk melakukan olahraga ringan, seperti berlari atau bermain bola, kegiatan ini dapat meningkatkan mood dan memicu produksi hormon endorfin yang salah satu manfaatnya adalah memberikan energi positif serta memelihara kesehatan mental. Lalu yang terakhir adalah latihan yoga anak, tidak hanya baik untuk kebugaran fisik, tetapi juga membantu anak belajar teknik relaksasi dan pengendalian emosi.

Kegiatan melatih motorik juga bisa mendukung penyerapan pembelajaran kognitif seperti belajar bahasa. Dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk aktif secara fisik melalui latihan motorik, mereka tidak hanya terbantu dalam hal fisik. Tetapi, juga mendapatkan manfaat berharga bagi mental, yang sangat penting dalam mencegah mental breakdown di usia dini.