JAKARTA - Gencarnya informasi soal pandemi virus corona baru 2019 (2019-nCoV atau SARS Cov-2) turut berdampak pada kondisi psikis masyarakat. Apa Anda termasuk salah satu yang tiba-tiba sering merasa tenggorokan Anda bermasalah atau tak enak badan? Ketika segala kondisi itu muncul, jangan dulu panik. Sebab, itu sejatinya tak selalu benar-benar gejala COVID-19. Dalam kondisi ini, ada yang disebut gejala psikosomatik. Apa itu?
Gejala seolah-olah telah mengidap COVID-19 itu dialami Brian. Pemuda itu mulai sering mengalami gejala mirip COVID-19 ketika seorang rekan kerjanya, Tania (samaran) ditetapkan sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP). Brian tahu, Tania sedang mengalami demam tak kunjung sembuh dalam tiga sampai empat hari belakangan.
Selain itu, ada juga gejala batuk yang dialami Tania. Segala yang dialami Tania, perlahan turut dirasakan Brian. Badannya merasakan sensasi demam. Bahkan, dada sebelah kanannya kerap terasa nyeri. Tapi, gejala itu hanya dirasakan Brian sesekali, tak terus-menerus.
BACA JUGA:
Brian bukan satu-satunya. Tata, rekan satu kantor Brian juga mengaku merasakan gejala psikosomatik. Momen kemunculannya sama, yakni ketika mendapat kabar Tania demam dan batuk panjang. Sejak itu, Tania kerap merasakan napasnya sesak. Hal ini dialami banyak orang. Tak percaya? Cek saja media sosial. Twitter, misalnya.
Penelusuran kami, akun bernama @AmbarwatiRexy bercerita, dalam situasi pandemi, ia jadi lebih waspada, bahkan pada batuk dan bersin. "Aku langsung mikirin hidupku sama hidup anak-anak aku," tulisnya. Pengalaman lebih parah dirasakan pemilik akun @tantri___. Gejala psikosomatik yang ia alami sampai membawanya ke IGD.
Yes betul sekali dok, barusan saya ke IGD dan sempat masuk ke isolasi IGD setalah dicek ternyata ya krn stres dan asam lambung naik. Semoga kita sehat selalu semua😊
— eunoia 𓆜𓆞✨ (@tantri____) March 22, 2020
Akibat gejala psikosomatik
Dalam situasi pandemi seperti saat ini, kita tak mungkin lepas dari paparan informasi mengenai COVID-19. Mulai dari bangun tidur, lalu melihat media sosial, hampir pasti setidaknya ada info seputar COVID-19. Kemudian, melihat tayangan televisi, info itu kembali muncul. Di media massa, COVID-19 jelas jadi pemberitaan utama.
Psikiater yang juga anggota American Psychosomatic Society, Andri menjelaskan, gejala psikosomatik adalah reaksi wajar dari tubuh manusia. Dalam konteks ini, gejala psikosomatik dipicu oleh paparan informasi dan cerita tentang COVID-19.
Ia bisa jadi adalah hal baik karena membuat seseorang waspada. Namun, ia juga bisa jadi hal buruk, ketika kepanikan tak terukur malah membawa langkah seseorang ke rumah sakit, tempat yang sebisa mungkin dihindari orang sehat, apalagi dalam kondisi pandemi.
masa saat ini ketika kita membaca berita atau cerita tentang gejala virus #corona atau #COVID19 dan tiba2 kita merasa tenggorokan kita agak gatal, nyeri dan merasa agak sedikit meriang walaupun suhu tubuh normal...
ITU WAJAR...
Reaksi psikosomatik tubuh saat ini memang terasa
— dr. Andri,SpKJ,FACLP (@mbahndi) March 22, 2020
Menurut Andri, berita buruk COVID-19 akan memicu reaksi dalam amygdala, yang kemudian memicu rasa cemas dan insting lain. "Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita jadi terlalu aktif bekerja. Akhirnya, kadang dia tidak sanggup mengatasi kerja berat itu," terang Andri.
Seperti dijelaskan Andri, bagian dari otak yang disebut amygdala yang bekerja secara berlebihan dapat mengakibatkan sistem saraf otonom bekerja secara berlebihan juga. Itu lah kenapa seseorang saat ini selalu berada dalam keadaan siaga terus menerus.
BACA JUGA:
"Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatik muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancamanan," Andri.
Jalan keluarnya, tentu saja pada akses informasi. Ada baiknya kita membatasi paparan informasi soal COVID-19. Lagipula, otoritas juga tak banyak memberi informasi penting mengenai penanganan pandemi di dalam negeri. Maka, Anda bisa mengalihkan otak Anda ke hobi, seperti membaca buku atau novel, olah raga atau bahkan bermain gim pengasah otak.
Kenali gejala spesifiknya
Mengingat waspada itu penting, jangan juga kita menyingkirkan gejala-gejala yang muncul dalam diri. Untuk COVID-19 memang agak sulit, karena gejalanya yang mirip dengan flu pada umumnya. Karenanya, mari kita pemahami lebih spesifik gejala COVID-19.
Seperti dijelaskan WHO, virus corona mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda juga. Mereka yang terinfeksi virus ini akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Setidaknya menurut WHO, ada tiga gejala umum dari orang yang terinfeksi COVID-19 ini, yakni demam tinggi, merasa kelelahan, dan batuk kering.
BACA JUGA:
Selain itu, gejala lain yang lebih spesifik dari orang yang terinfeksi COVID-19 adalah sesak napas atau napas menjadi lebih pendek, merasa sakit badan, sakit tenggorokan, dan ada yang merasakan diare, mual atau pilek. Gejala terakhir, menurut WHO sedikit dirasakan orang.
Sedangkan, gejala-gejala pada flu biasa, umumnya orang-orang mengalami bersin-bersin, hidung tersumbat dan berlendir, sakit tenggorokan, sakit kepala ringan, batuk, hingga demam (jarang).