Bagikan:

JAKARTA – Teori bumi berongga atau yang dikenal juga dengan istilah hollow earth kembali menjadi perbincangan, setelah muncul serial Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams yang tayang di layanan streaming berbasis langganan, Netflix.

Serial besutan Joko Anwar ini langsung menarik perhatian pecinta film Tanah Air sejak tayang perdana pada 14 Juni 2024. Salah satu alasannya karena mengangkat genre fiksi ilmiah, yang belum pernah ada di serial Indonesia.

 “Serial ini mengeksplorasi genre sci-fi supernatural,” kata Joko dalam rilisnya.

“Terinspirasi oleh keingintahuan dan ketertarikan saya pada cerite alien, saya menggali lebih dalam konsep menarik tentang alien yang mungkin tidak jauh dari kita,” jelasnya.

Beberapa hal yang menjadi sorotan dalam serial ini selain ceritanya yang memaksa penonton ‘berpikir’, adalah soal teori bumi berongga dan makhluk bernama Agartha.

Hollow Earth

Sejak bertahun-tahun lalu, teori mengenai bentuk bumi selalu menuai perdebatan. Menyoal bentuk bumi, kepercayaan publik terbagi dua, yaitu mereka yang yakin bahwa bumi bulat dan percaya pada teori bumi datar.

Tapi akhir-akhir ini teori bumi berongga juga ramai dibahas. Sebenarnya, teori bumi berongga atau yang disebut hollow earth sudah ada sejak lama, jauh sebelum serial Nightmares and Daydreams muncul.

Teori ini mengklaim bahwa bumi bukan hanya bola padat, tetapi memiliki rongga raksasa di dalamnya, lengkap dengan matahari dan bulan internalnya sendiri.

Melansir Gephysical Institute, inti dari teori bumi berongga adalah bumi merupakan sebuah cangkang dengan dinding setebal sekitar 800 mil. Di wilayah kutub terdapat lubang selebar 1.400 mil, dengan tepi yang melengkung mulus dari bagian luar cangkang hingga ke dalam.

Sementara itu, disitat Politifact, teori berongga dimulai dimulai saat astronom Inggris Edmond Halley pada tahun 1690-an mengusulkan kepada Royal Society of London bahwa bumi terdiri dari cangkang bola bersarang yang berputar ke berbagai arah dan mengelilingi inti pusat.

Sutradara Joko Anwar merilis serial bergenre fiksi ilmiah berjudul Nightmares and Daydream, yang terinspirasi dari teori bumi berongga dan mitos bangsa Agartha. (Instagram/@jokoanwar)

Halley mengira ruang di antara cangkang mungkin memiliki atmosfer bercahaya yang mungkin mendukung kehidupan.

Teori Halley diamini John Cleves Symmes pada 1810-an. Ia mengklaim bahwa bola tersebut dapat diakses melalui lubang di kedua kutub.

Para pendukung teori bumi berongga di zaman modern dapat merujuk pada buku The Hollow Earth terbitan Bell Publishing Company pada 1979 karya Raymond Bernanrd, bukan nama sebenarnya. Dalam buku tersebut ia menuliskan kisah tak masuk akal tentang Laksamana Byrd. Menurutnya, Byrd sudah melakukan beberapa perjalanan di dalam bumi dengan masuk melalui lubang-lubang di Kutub Utara.

Meski tampak menarik dari perspektif fiksi dan spekulasi, nyatanya teori bumi berongga tidak didukung bukti ilmiah dan dianggal sebagai ilmu semu.

Bangsa Agartha

Teori bumi berongga tidak bisa dilepaskan dari mitos Agartha. Karena dalam teori bumi berongga terdapat anggapan bahwa ada sebuah kota atau peradaban di perut bumi yang kemudian disebut Agartha.

Mengutip era.id, kisah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang okultis asal Prancis, Alexandre Saint-Yves d'Alveydre lewat buku Mission de l'Inde en Europe (1886). Buku tersebut diklaim Saint-Yves sebagai kesaksian "yang meyakinkan" terhadap keberadaan Bangsa Agartha.

Menurutnya, Bangsa Agartha ini tinggal di gua-gua jauh di bawah tanah dan berkomunikasi kepadanya secara telepatik. Mereka, kata sang okultis atau ahli ilmu gaib Prancis, awalnya adalah sejumlah pemerintah di muka Bumi yang disingkirkan ke dalam ruang bumi yang hampa di akhir jaman Kali Yuga, kira-kira 3.200 SM.

Berdasarkan cerita Saint-Yves, kehidupan di gua Bangsa Agartha indah seperti keindahan di daratan Himalaya, di Tibet, dan dipercaya sebagai sumber dari segala ajaran dalam teks kuno Weda. Saint-Yves juga meyakini Agartha dipimpin oleh tiga pemimpin utama yaitu Brahatma, Mahatma, dan Mahanga yang merepresentasikan tiga cabang kekuatan yaitu ilmiah, yudisial, dan sosio-ekonomi.

Menurut legenda, Agartha adalah tempat istimewa di mana penghuninya sangat sempurna, memiliki ilmu tinggi, dan kekayaan alam yang berlimpah.

Sebuah penggambaran planet Bumi yang menampilkan "Dunia Bawah Tanah" Atvatabar, dari novel fiksi ilmiah tahun 1892 buatan William R. Bradshaw The Goddess of Atvatabar (Wikipedia)

Kemudian pada 1908 penulis Amerika Willis George Emerson menerbitkan The Smoky God, yang diklaim sebagai kisah nyata seorang pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen, yang melintasi pintu masuk ke bumi berongga di Kutub Utara dan tinggal bersama penduduk di sana selama dua tahun.

Sampai sekarang keberadaan Agartha tidak bisa dibuktikan, apalagi teori bumi berongga juga dibantah oleh banyak ilmuwan, salah satunya professor geofisika dari University of Chicago, Andrew Campbell.

Ia membantah teori bumi berongga karena inti bumi lebih padat dibandingkan lapisan permukaannya. Jika bumi benar-benar berongga, maka yang terjadi seharusnya sebaliknya.

“Di mantel dan inti bumi tekanan dan suhu sangat tinggi, sehingga kehidupan kimiawi tidak mungkin terjadi. Molekul organic kaya karbon akan bereaksi membentuk berlian dan bahan lainnya,” kata Campbell.

Karena akses masuk ke inti bumi ini mustahil dilakukan, Campbell menilai hal inilah yang membuat kedalaman bumi menjadi hal menarik bagi manusia hingga membuat mereka berfantasi.

Meski secara ilmiah teori bumi berongga dan keberadaan Agartha tak bisa dibuktikan, nyatanya masih banyak penggemar teori konspirasi yang percaya bahwa peradaban misterius ini benar-benar ada.